Diidap Lisa Rumbewas Sebelum Meninggal Dunia, Apa Itu Sebenarnya Epilepsi?

Terpopuler Sepekan

Diidap Lisa Rumbewas Sebelum Meninggal Dunia, Apa Itu Sebenarnya Epilepsi?

Khadijah Nur Azizah - detikHealth
Sabtu, 20 Jan 2024 11:04 WIB
Diidap Lisa Rumbewas Sebelum Meninggal Dunia, Apa Itu Sebenarnya Epilepsi?
Lifter legendaris Indonesia Lisa Rumbewas. Foto: ASSOCIATED PRESS/Sakchai Lalit
Jakarta -

Lifter legendaris Tanah Air, Lisa Rumbewas, meninggal dunia pada Minggu (14/1/20024) dini hari, di usia 43 tahun. Pihak keluarganya menjelaskan, Lisa sempat mengalami kekambuhan epilepsi sebelum meninggal.

Ibu Lisa, Ida Korwa, mengatakan Lisa sempat mengalami kejang cukup parah akibat mengidap penyakit epilepsi sejak bayi. Dokter pin sudah memberikan obat untuk meredakan gejala epilepsi Lisa.

"Ketika di rumah sakit katanya juga ada infeksi paru-paru dan kadar albumin juga sempat turun," terang Ida.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dihubungi secara terpisah, dokter spesialis saraf dr Yuyun M Rahmah menjelaskan, ada kemungkinan penyebab kematian atlet angkat besi itu bukanlah secara langsung epilepsi. Pada banyak kasus, pasien dengan riwayat epilepsi meninggal karena kondisi lain yang diidap, bukan karena epilepsi.

Memang pada beberapa kondisi, ada juga kasus pasien meninggal dunia secara mendadak. Kondisi ini disebut sebagai SUDEP (Sudden unexpected death in epilepsy), yang diartikan sebagai pasien epilepsi meninggal tanpa peringatan apapun dan tidak mengalami penyebab lain.

ADVERTISEMENT

"Biasanya ini terjadi pada pasien yang kriterianya biasanya kejaidannya pada pasien yang kejangnya tidak terkontrol. Kalau terkontrol, kecil, dan sifat SUDEP ini pasiennya nggak ada keluhan lain, kejang, dan tidak ada penyakit lain," jelas dr Yuyun lebih lanjut.

Apa Itu Sebenarnya Epilepsi?

Mengacu pada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), epilepsi adalah penyakit otak kronis tidak menular yang menyerang sekitar 50 juta orang di dunia. Orang dengan penyakit ini mengalami kejang berulang, yang diartikan sebagai gerakan tak sadar yang berlangsung dalam periode singkat, mungkin dialami sebagian tubuh (sebagian) atau seluruh tubuh (umum).

Terkadang, kejang ini terjadi dibarengi penurunan kesadaran dan kontrol fungsi usus atau kandung kemih.

Kejang ini dipicu oleh pelepasan listrik yang berlebihan pada sekelompok sel otak, yang bisa terjadi di berbagai bagian otak.

Kejang yang timbul bisa bervariasi, dari kehilangan kesadaran dalam waktu singkat, hingga kejang otot yang parah dan berkepanjangan. Frekuensi kejang juga bisa bervariasi frekuensinya, dari kurang dari satu kali per tahun hingga beberapa kali per hari.

Pada pengidap epilepsi, karakteristik kejang ditentukan oleh bagian otak yang pertama kali mengalami gangguan. Beberapa gejala yang bisa muncul seperti kehilangan kewaspadaan atau kesadaran, gangguan kemampuan gerak, gangguan sensasi termasuk penglihatan, pendengaran, dan pengecapan, gangguan suasana hati, atau gangguan fungsi kognitif.

NEXT: Cara menangani orang kejang epilepsi

Penanganan untuk pasien epilepsi yang menangani kekambuhan sebenarnya tergantung pada bentuk kejang yang terjadi. Jika kejang terjadi dalam status epileptikus atau berlangsung selama lebih dari lima menit, maka pasien membutuhkan penanganan cepat agar tidak mengalami kondisi fatal.

Epileptikus diartikan sebagai kondisi kritis yang berpotensi tinggi menyebabkan kerusakan otak. Kejang yang sangat lama, dengan durasi 30 menit atau lebih, dapat berdampak bahaya dan berisiko memicu kematian.

Maka itu, penting untuk mengenali status epileptikus agar pasien epilepsi dapat mendapatkan pengobatan dan penanganan tepat.

"Jadi memang perlu obat yang dimasukkan ke dalam suntikan. Ini di setiap rumah sakit ada. Kalau sudah disuntik masih kejang, kita menggunakan obat epilepsi agar kejangnya berhenti," pungkas dr Yuyun.

Halaman 2 dari 2
(vyp/vyp)

Berita Terkait