Dermatolog Soroti Bocah 10 Tahun Pakai Skincare Anti-Aging gegara Tren TikTok

Khadijah Nur Azizah - detikHealth
Jumat, 26 Jan 2024 06:30 WIB
Ilustrasi skincare. (Foto: Getty Images/Yana Iskayeva)
Jakarta -

Para ahli dermatologi mengatakan anak-anak berusia 10 tahun merengek meminta orang tua mereka membelikan produk perawatan kulit anti-aging atau anti penuaan yang mahal. Anak-anak masih memiliki kulit sensitif sehingga penggunaan skincare anti-aging dapat merusak kulit mereka.

Diberitakan The Guardian, dermatolog menyatakan keprihatinannya bahwa tren tersebut, yang sebagian besar didorong oleh anak perempuan yang melihat produk di media sosial, telah membuat anak-anak "terobsesi dengan penuaan". Para ahli merekomendasikan rutinitas perawatan kulit sederhana di usia muda, seperti membersihkan wajah dua kali sehari dan menggunakan pelembab ringan, serta tabir surya jika sinar UV tinggi.

"Ini adalah sesuatu yang saya lihat sepanjang waktu dan sebagai seorang ibu, itu adalah... sesuatu yang juga saya perjuangkan. Saya tertarik dengan kondisi kulit remaja dan melihat banyak remaja dibawa oleh orang tuanya yang menggunakan rutinitas perawatan kulit yang mahal dan ekstensif," kata Dr Emma Wedgeworth, dari British Cosmetic Dermatology Group.

Terpisah, Dr Anjali Mahto, konsultan dermatologis di Self London, mengatakan dia sering melihat tren ini di kliniknya, ketika remaja mulai meminta untuk direkomendasikan produk anti penuaan.

Seringkali para remaja memiliki obsesi yang tidak sehat pada tren anti-penuaan meski usianya masih muda. Tidak sedikit yang mencari perawatan mahal untuk mengatasi jerawat.

"Saya khawatir mereka menggunakan bahan-bahan seperti vitamin C, vitamin A (retinoid) dan asam pengelupas kulit seperti AHA dan BHA. Hal ini tidak diperlukan bagi kulit muda dan menurut saya aspek psikologis dari memulai rutinitas 'anti-penuaan' pada usia muda akan merugikan. Sayangnya saya melihat lebih banyak remaja di klinik saya yang terobsesi dengan penuaan," ujar Dr Anjali.

"Ini memprihatinkan dan tidak diragukan lagi hal ini dipicu oleh media sosial," tambahnya.




(kna/kna)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork