Elon Musk Ungkap Kondisi Manusia Pertama yang Ditanami Chip Otak Buatannya

Elon Musk Ungkap Kondisi Manusia Pertama yang Ditanami Chip Otak Buatannya

Khadijah Nur Azizah - detikHealth
Selasa, 30 Jan 2024 13:30 WIB
Elon Musk Ungkap Kondisi Manusia Pertama yang Ditanami Chip Otak Buatannya
Elon Musk. (Foto: Kyle Grillot/Reuters)
Jakarta -

Miliarder teknologi Elon Musk mengatakan perusahaan Neuralink miliknya telah berhasil menanamkan chip otak pada manusia untuk pertama kalinya. Tujuan perusahaan ini adalah menghubungkan otak manusia ke komputer untuk membantu mengatasi kondisi neurologis yang kompleks.

"Manusia pertama menerima implan dari Neuralink kemarin dan pulih dengan baik," tulis Elon dalam cuitannya di akun X pribadinya.

"Hasil awal menunjukkan deteksi lonjakan neuron (neuron spikes) yang menjanjikan," tambahnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Neuron spikes adalah aktivitas neuron, yang digambarkan oleh National Institute of Health sebagai sel yang menggunakan sinyal listrik dan kimia untuk mengirimkan informasi ke seluruh otak dan tubuh.

Studi manusia yang dilakukan Neuralink akan menilai fungsionalitas antarmuka, yang memungkinkan pengidap quadriplegia, atau kelumpuhan keempat anggota badan, untuk mengontrol perangkat dengan pikiran mereka.

ADVERTISEMENT

Musk mengatakan bahwa tujuan utama Neuralink adalah untuk mencapai kecerdasan buatan. Namun saat ini dia memulai dengan tujuan yang lebih sederhana yakni memungkinkan orang yang lumpuh mengendalikan kursor atau keyboard dengan otak mereka

Dalam brosur tentang penelitian tersebut, Neuralink mengatakan pihaknya merekrut peserta yang mengidap quadriplegia, atau kelumpuhan pada keempat anggota badan, akibat cedera sumsum tulang belakang leher atau amyotrophic lateral sclerosis (ALS) dan berusia minimal 22 tahun. Diperkirakan penelitian ini akan memakan waktu enam tahun untuk diselesaikan.

Neuralink pertama kali membuka permohonan uji klinis pada manusia pada September tahun lalu, setelah perusahaan tersebut menerima persetujuan untuk studi PRIME (Precise Robotically Implanted Brain-Computer Interface) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat pada Mei 2023.




(kna/kna)

Berita Terkait