Thalasemia merupakan kelainan darah genetik yang menyebabkan bentuk hemoglobin tidak normal, akibatnya merusak sel darah merah. Kondisi ini diakibatkan karena berkurangnya atau tidak terpenuhinya protein, sehingga sel darah merah mudah pecah.
Kondisi inilah yang dialami Assyifa Salsabila Balqis. Bocah perempuan berusia 11 tahun itu pertama kali diketahui mengidap thalasemia pada 2022 lalu.
Ibu dari Assyifa, Kiki, mengatakan sejak awal anak sulungnya itu tidak menunjukkan gejala sakit sama sekali. Ia anak yang aktif, lincah, dan selalu berbaur dengan teman-temannya.
"Tiba-tiba pada September 2022, itu saya Assyifa pucat banget. Dia sempat menyampaikan sama saya di sekolah, itu dimainin sama teman-temqnnya 'kok kamu kayak hantu karena pucat sekali'," jelas Kiki dalam konferensi pers, Jumat (2/2/2024).
"Saya ngerasa kok ada yang aneh, kenapa dia bisa pucat seperti itu. Sebelumnya nggak seperti itu," sambungnya.
Setelah berdiskusi dengan suaminya, orang tua Assyifa kemudian memutuskan untuk memeriksakan kondisi anaknya. Setelah dicek, kadar hemoglobin (HB) dirinya ternyata sangat rendah, berada di sekitar 5-6 gram/dL dan disarankan untuk rawat inap imbas diperlukan transfusi darah.
Kiki kembali diarahkan untuk bertemu dokter spesialis hematologi di rumah sakit lain untuk mencari tahu penyakit yang diidap Assyifa. Setelah menjalani serangkaian tes, baru diketahui Assyifa mengidap thalasemia beta mayor.
"Pemeriksaan itu, baru diketahui ada indikasi thalasemia. Saat itu, Assyifa disuruh skrining, cek darah lengkap semuanya dan keluar diagnosanya thalasemia beta mayor," kata Kiki.
"Melihat itu, dokter menyarankan untuk semua anggota keluarga skrining karena Assyifa kena thalasemia. Saat hasilnya keluar, adiknya yaitu Khansa juga terkena thalasemia beta mayor, sementara adik keduanya Fatih thalasemia beta minor," jelasnya.
NEXT: Ketakutan Orang Tua soal Thalasemia
(sao/naf)