Geger 'Geng Tai' Anak Vincent, Kenapa Anak Bisa Jadi Pelaku Perundungan?

Geger 'Geng Tai' Anak Vincent, Kenapa Anak Bisa Jadi Pelaku Perundungan?

Khadijah Nur Azizah - detikHealth
Selasa, 20 Feb 2024 11:03 WIB
Geger Geng Tai Anak Vincent, Kenapa Anak Bisa Jadi Pelaku Perundungan?
Ilustrasi bullying. (Foto: iStock)
Jakarta -

Viral di media sosial dugaan kasus perundungan sekelompok siswa sekolah menengah atas (SMA) bernama 'Geng Tai' yang disebut-sebut melibatkan anak Vincent Rompies. Siswa yang menjadi korban disebut mengalami luka dan dirawat di rumah sakit.

"Sudah dilakukan cek TKP dan sekarang masih dilakukan penyelidikan oleh penyidik unit PPA Polres Tangsel," beber Kasie Humas Polres Tangsel Iptu Wendy Afrianto.

Kasus perundungan atau bullying ini bukanlah yang pertama kali menghebohkan jagat maya. Lantas, mengapa anak bisa menjadi pelaku perundungan?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari laman UNICEF, anak-anak yang melakukan intimidasi biasanya berasal dari status sosial atau posisi kekuasaan yang lebih tinggi, misalnya anak-anak yang lebih besar, lebih kuat, atau dianggap populer.

Penelitian menemukan ada beberapa alasan anak menjadi pelaku perundungan. Anak-anak yang mendapat sedikit kehangatan atau perhatian orang dewasa, disiplin yang tidak konsisten dan sering mendapat hukuman fisik di rumah mereka sendiri, kemungkinan besar akan menjadi penindas.

ADVERTISEMENT

"Untuk waktu yang lama, dalam literatur penelitian, kami berpikir hanya ada satu jenis pelaku intimidasi: seorang anak yang sangat agresif yang memiliki masalah harga diri yang mungkin berasal dari rumah tangga yang penuh kekerasan atau rumah tangga yang diabaikan," kata Dorothy Espelage, seorang profesor ilmu pendidikan di Universitas North Carolina di Chapel Hill kepada BBC.

Selanjutnya: alasan lain anak-anak menjadi pelaku perundungan

Alasan anak menjadi pelaku bullying

1. Popularitas

Seringkali, anak-anak menjadi pelaku perundungan demi popularitas. Mereka akan mengolok-olok anak yang kurang populer agar mendapatkan perhatian. Mereka juga mungkin menindas orang lain untuk menurunkan status sosial orang lain

2. Kekuasaan

Remaja yang ingin memegang kendali atau mempunyai kekuasaan rentan terhadap penindasan. Hal ini mungkin terjadi karena mereka tidak merasakan kekuasaan apa pun dalam kehidupan mereka, sehingga memperoleh kekuasaan dalam interaksi sosial menjadi lebih menarik.

Para remaja ini mungkin lebih suka berinteraksi dengan orang lain hanya jika mereka mau. Jika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai keinginan, mereka mungkin akan melakukan intimidasi. Remaja yang melakukan agresi relasional mungkin juga sedang mencari kekuasaan.

3. Masalah di rumah

Remaja yang berasal dari keluarga yang melakukan kekerasan lebih besar kemungkinannya untuk melakukan intimidasi karena agresi dan kekerasan merupakan contoh bagi mereka. Anak-anak dengan orang tua yang permisif atau tidak hadir juga mungkin melakukan intimidasi.

Ini memberi mereka rasa berkuasa dan kendali, yang tidak ada dalam kehidupan mereka sendiri. Dan anak-anak dengan harga diri rendah mungkin melakukan intimidasi sebagai cara untuk menutupi rasa harga diri yang rendah.

4. Kurang perhatian

Anak-anak yang bosan dan mencari hiburan terkadang melakukan intimidasi untuk menambah kegembiraan dan drama dalam hidup mereka. Mereka juga mungkin memilih untuk melakukan intimidasi karena kurang perhatian dan pengawasan dari orang tuanya. Akibatnya, bullying menjadi pelampiasan untuk mendapatkan perhatian.

Sementara itu, anak-anak yang kurang empati sering kali senang menyakiti perasaan orang lain. Mereka tidak hanya menghargai perasaan berkuasa yang mereka peroleh dari menindas orang lain, namun mereka mungkin menganggap "lelucon" yang menyakitkan itu lucu.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Kenali Tindakan yang Mungkin Tidak Kamu Sadari Itu sebagai Bullying"
[Gambas:Video 20detik]
(kna/naf)
Bullying di Tangsel
16 Konten
Perundungan atau bullying kembali muncul, kali ini di sebuah sekolah swasta di Tangerang Selatan. Melibatkan anak tokoh ternama sebagai pelakunya. Kenapa selalu terjadi?

Berita Terkait