Pengakuan Timses Caleg Ikut Skrining Kesehatan Mental demi Cari Ketenangan

Pengakuan Timses Caleg Ikut Skrining Kesehatan Mental demi Cari Ketenangan

Averus Kautsar - detikHealth
Selasa, 20 Feb 2024 16:15 WIB
Pengakuan Timses Caleg Ikut Skrining Kesehatan Mental demi Cari Ketenangan
Proses skrining kejiwaan timses caleg gagal di RSUD Tamansari. (Foto: DetikHealth/Averus Al Kautsar)
Jakarta -

Sekitar 12 anggota timses caleg dan capres gagal di Pemilu 2024 mendaftar program skrining kesehatan mental di RSUD Tamansari Jakarta Barat, Selasa (20/2/2024). Salah satu peserta skrining Fony Syahputra (38) yang menjadi timses caleg mengaku merasa sangat stres setelah caleg yang diusung mendapatkan suara yang lebih rendah dibanding dari yang ditargetkan.

Akibat stres tersebut, ia mengalami gangguan lain seperti kesulitan tidur hingga sering kepikiran terkait hasil penghitungan suara.

"Memang kondisi saya ini dalam beberapa hari pasca pemilu ini, saya akan kebetulan timses dari salah satu caleg hasilnya tidak memuaskan dibandingkan dengan 2019," ucap Fony ketika ditemui wartawan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fony mengaku belum pernah sama sekali melakukan skrining kejiwaan. Awalnya pun ia sempat ragu untuk mengikuti pemeriksaan kejiwaan lantaran stigma yang ada di masyarakat.

Namun, karena kondisinya sudah cukup mengganggu keseharian dan ia ingin lebih tenang, Fony memutuskan untuk memberanikan melakukan tes.

ADVERTISEMENT

"Saya rasa banyak ya sebenarnya seperti itu (mengalami gangguan mental) cuma nggak ada keberanian untuk mengikuti tes seperti ini. Mereka takut dibilangin jadi orang gila, dibilang orang stres," ungkap Fonny.

"Kalau saya sebenarnya awal-awal sempat, 'Wah nanti gue dibilang gila ini'. Tapi kita mencoba untuk mengetahui diri kita sendiri gitu," tambahnya.

Hal serupa juga dialami timses caleg lain bernama Sukron (41). Ia mengaku mulai mengalami gangguan kesehatan mental semenjak hasil penghitungan suara caleg yang diusungnya tidak memenuhi target. Hal tersebut membuat Sukron mengalami kesulitan tidur, gangguan makan, hingga detak jantung yang lebih kencang.

"Yang saya rasakan stres berat begitu, kepikiran banyak hal. Jadi susah tidur, makan agak terganggu, yang paling berpengaruh juga detak jantungnya nggak stabil. Sistem sarafnya tadi hasilnya juga nggak normal," ujar Sukron.

Sukron berkata dokter memintanya untuk memperhatikan durasi istirahat karena masalah tidur yang dialaminya. Tidak hanya itu, tim dokter juga menyarankan Sukron untuk memperbanyak olahraga dan melakukan perubahan gaya hidup untuk meningkatkan kualitas istirahat.

Ia berharap pemeriksaan dan konsultasi kejiwaan yang ia lakukan bisa membuatnya menjadi lebih tenang.

"Untuk cari ketenangan saja. Pemeriksaan ini ya memang inisiatif saya saja, biar lebih lega lah gitu hatinya. Lelah capek pikiran, tenaga, fisik semuanya lah gitu," tandasnya.




(avk/kna)

Berita Terkait