Membentuk suatu kelompok pertemanan atau dikenal geng merupakan hal yang umum dilakukan semasa sekolah. Kelompok ini biasanya terdiri dari beberapa orang dan selalu bersama ke mana pun. Ditambah lagi, berinteraksi dengan teman-teman dekat memang sangat menyenangkan, karena sejatinya manusia merupakan makhluk sosial.
Akan tetapi, seringkali geng dikaitkan dengan kelompok pelaku bullying di sekolah. Misalnya, seperti berita baru-baru ini sebuah kelompok remaja di sekolah elit yang diduga melakukan kekerasan hingga menimbulkan korban terluka.
Psikolog klinis dari Ohana Space, Veronica Adesla, mengatakan pada dasarnya memiliki kelompok dalam pertemanan adalah hal yang wajar di usia remaja. Pasalnya, pertemanan menjadi hal penting di usia remaja untuk mendapat atau diterima dan diakui keberadaan atau eksistensinya. Bahkan pertemanan dalam sebuah kelompok juga menjadi bagian dari perjalanan menemukan jati diri seseorang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akan tetapi, tak sedikit remaja yang mengubah kelompok pertemanan tersebut menjadi tidak sehat.
"Dijadikan alat ataupun identitas pribadi untuk mendapatkan ataupun menunjukkan kekuasaan ataupun kehebatan, terlibat dalam kejahatan kekerasan, pemaksaan, berperilaku semena-mena dan tidak menghargai hak asasi manusia," katanya saat dihubungi detikcom, Rabu (21/2/2024).
Menurut Veronica, salah satu alasan sebuah kelompok melakukan hal tersebut karena senioritas, yakni keadaan lebih tinggi dalam pangkat, pengalaman, dan usia.
"Senioritas dapat menjadi masalah ketika keadaan lebih tinggi tersebut disalahartikan dan disalahgunakan sebagai memiliki kuasa yang lebih tinggi atas orang lain boleh sewenang-wenang untuk melakukan atau meminta apapun yang dikehendaki tanpa memperdulikan hak asasi manusia dan kehendak bebas orang lain," lanjutnya.
NEXT: Masuk geng karena butuh validasi lingkungan
Hal serupa juga diungkapkan oleh psikolog anak dan remaja, Ika Putri Dewi. Menurutnya, masuk geng atau sebuah kelompok pertemanan adalah hal yang wajar dan normal dalam relasi di antara para remaja.
Hal ini dikarenakan anak maupun remaja berpengaruh sebaya yang sangat kuat dan membutuhkan pengakuan dari lingkungan.
"Hanya anak anak perlu belajar untuk memikirkan konsekuensi dan membuat pertimbangan apakah keterlibatannya dalam suatu geng bisa merugikan dirinya atau malahan bisa mengganggu lingkungan sekitar," imbuhnya.











































