Pemilu 2024 mulai diwarnai dengan kabar caleg yang stres setelah gagal dalam proses pemungutan suara. Tak sedikit caleg yang mengalami gangguan jiwa, setelah harapannya untuk bisa menjadi wakil rakyat gagal karena jumlah suara yang ada tidak sesuai dengan realita.
Sebenarnya apa sih yang membuat seorang caleg gagal menjadi rentan mengalami gangguan jiwa? Dokter spesialis kejiwaan Alfonsus Edward Saun, SpKJ menuturkan bahwa hal ini erat kaitannya dengan 'menerima kenyataan'.
Dalam beberapa kasus, caleg yang gagal tidak memiliki kontrol diri yang baik sehingga sulit menerima kenyataan yang ada. Hal ini akhirnya dapat mempengaruhi kesehatan jiwa, bahkan fisik juga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penyebabnya ada banyak faktor ya, mulai yang paling dasar genetik, bawaan lahir, faktor lingkungan, keluarga, budaya bahkan sampai faktor masyarakat di sekitarnya," kata dr Edward ketika ditemui detikcom di Jakarta Barat.
"Kalau misalnya di semua kurang mendukung untuk dia bisa menerima kenyataan, maka orang-orang itu sulit untuk bisa menerima saat ada kabar buruk atau situasi yang nggak sesuai dengan harapan," sambungnya.
Menurut dr Edward, persiapan mental yang baik sangat diperlukan bagi seseorang yang berencana untuk mencalonkan diri sebagai wakil rakyat. Hal ini meliputi pengelolaan perasaan, pikiran, perilaku, dan persepsi.
Ia menambahkan level stres pada seorang caleg yang gagal sangat bergantung pada kontrol diri tersebut. Semakin baik kontrol diri yang dimiliki seseorang, maka efek buruk pada kesehatan jiwa dan fisik yang ditimbulkan juga dapat diminimalisir.
"Efeknya dari yang paling ringan itu bisa kemampuan bekerja berkurang, gangguan makan, hingga gangguan tidur. Terus mulai lebih berat lagi misalnya gangguan perasaan, depresi, kecemasan. Yang lebih berat lagi juga bisa ada kondisi psikotik halusinasi, muncul waham gitu atau keyakinan akan sesuatu yang tidak sesuai dengan faktanya," pungkasnya.
(avk/kna)











































