Kasus demam berdarah dengue (DBD) kembali mencuat di beberapa wilayah Indonesia. Jawa Barat misalnya, Dinas Kesehatan setempat melaporkan ada 4.637 kasus DBD yang tercatat sejak Januari hingga saat ini.
Dari total kasus, 36 orang di Jabar meninggal dunia. DBD juga dominan menyerang kelompok usia anak-anak.
Lantas, apa saja gejala DBD yang wajib diperhatikan?
Spesialis penyakit dalam dan konsultan penyakit tropik infeksi, dr Soroy Lardo, SpPD, KPTI, FINASIM, mengungkapkan ada beberapa gejala klinis DBD yang perlu diwaspadai. Misalnya, demam hingga 40 derajat celcius dan nyeri pada bagian belakang mata.
"Gejala klinis yang umum kita dapatkan memang adanya demam, nyeri bagian belakang mata, atau yang disebut dengan retro orbital," ujarnya dalam konferensi pers daring, Selasa (27/2/2024).
Selain itu, gejala lain yang mungkin muncul pada DBD juga dapat berupa nyeri sendi atau tulang belakang, mual dan muntah, hingga bintik merah pada kulit (petechiae).
"Bintik merah pada kulit yang disebut petechiae, walaupun ini bisa tidak muncul sampai tahap akhir penyakit," sambungnya.
dr Soroy mewanti-wanti gejala berat DBD yang umumnya ditandai dengan keluhan perdarahan.
"Di antaranya perdarahan spontan, kebocoran plasma (cairan pembawa darah), dan trombositopenia," ucapnya.
Faktor Perkembangan Penyakit DBD
dr Soroy menuturkan ada beberapa faktor yang memengaruhi perkembangan gejala DBD. Pertama, imunitas tubuh.
"Faktor imunitas tubuh, yang disebut dengan host. Jadi pasien-pasien dengan diabetes, jantung, tentu imunitasnya juga sudah menurun, dan ini progres untuk berat itu bisa muncul," terangnya.
Selain itu, perkembangan DBD juga dapat dipengaruhi oleh muatan virus itu sendiri.
Simak Video "Video: Kemenkes Catat 131 Ribu Kasus DBD Sepanjang 2025"
(ath/naf)