.webp)
Kayla Angeline menjadi salah satu anak yang mengalami gangguan pendengaran sejak usianya masih kecil. Saat ini, remaja perempuan itu sudah duduk di kelas 2 SMA Daan Mogot, Jakarta Barat.
Ia mengungkapkan pertama kali mengetahui dirinya mengalami gangguan pendengaran dari sang ibu.
"Ibu saya menceritakan pada saya di usia 1,5 tahun, saya diketahui bahwa saya tidak bisa mendengar. Lalu melakukan pengecekan pada dokter THT dan menyatakan saya tidak bisa mendengar sekitar 110 desibel," cerita dia dalam temu media daring Kemenkes, Jumat (1/3/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kayla yang kini sudah berusia 17 tahun itu mengungkapkan dirinya tidak bisa mendengar seperti orang normal lainnya.
Menurutnya, besar suara normal yang bisa dia dengar adalah seperti suara mesin pesawat.
"Jadi, saya baru bisa dengar suara normal itu ketika suara mesin pesawat. Kalau mungkin orang normal suara mesin pesawat itu sangat berisik ya. Namun, bagi saya itu sangat normal," jelas Kayla.
Menurut laman resmi Kemenkes RI, indikator pendengaran yang normal untuk orang dewasa adalah saat dapat mendengar bunyi kurang dari 40 desibel. Sementara pada anak-anak, bisa mendengar kurang dari 30 desibel.
Meski memiliki gangguan pendengaran, Kayla merasa seperti anak pada umumnya di sekolah. Ia tidak pernah merasa minder dengan anak-anak seusianya yang bisa mendengar dan berbicara dengan normal.
Kayla juga merupakan siswi yang aktif di sekolah. Sejak SD, dia mengikuti lomba paskibra bersama timnya. Di SMA, ia masuk ke dalam klub voli yang sudah beberapa kali mengikuti kompetisi antar sekolah.
Ia juga sangat menyukai olahraga berenang. Kayla merasa kondisi pendengarannya itu sama sekali tidak mengganggunya untuk bisa tetap berprestasi.
"Mungkin untuk saya yang punya kekurangan pendengaran, kita mungkin sulit untuk mendengar suara tempo air dan suara dari orang sekitar. Tapi, karena saya menggunakan alat implan ini sangat membantu saya, sehingga bisa beraktivitas seperti orang normal," tuturnya.
(sao/naf)
