Senyawa BPA Berpotensi Ancam Kesehatan Anak Indonesia, Ini Bahayanya

Senyawa BPA Berpotensi Ancam Kesehatan Anak Indonesia, Ini Bahayanya

Dea Duta Aulia - detikHealth
Senin, 04 Mar 2024 10:28 WIB
Senyawa BPA Berpotensi Ancam Kesehatan Anak Indonesia, Ini Bahayanya
Foto: Shutterstock
Jakarta -

Senyawa Bisphenol A (BPA) berpotensi ancam kesehatan anak Indonesia. Adapun senyawa tersebut umumnya ditemui dalam produk plastik polikarbonat dan resin epoksi.

Adapun plastik polikarbonat biasanya digunakan sebagai bahan pembuatan wadah penyimpanan produk pangan. Serta untuk bahan resin epoksi biasa digunakan untuk melapisi kemasan logam, termasuk kaleng makanan hingga tutup botol.

Dilansir dari jurnal National Library of Medicine berjudul 'A Comprehensive Review on The Carcinogenic Potential of Bisphenol A: Clues and Evidence', paparan BPA berdampak signifikan pada pertumbuhan, kelangsungan hidup, proliferasi, invasi, hingga migrasi berbagai jenis sel dalam tubuh, tak terkecuali sel kanker. Tak hanya itu, paparan BPA dapat memfasilitasi resistensi kemoterapi terhadap obat antikanker.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski dibutuhkan penelitian lebih lanjut, namun tak sedikit penelitian yang menunjukan potensi paparan BPA dalam karsinogenesis atau proses pembentukan sel kanker. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian yang lebih komprehensif untuk terus mengungkap pengaruh BPA pada tingkat molekuler di berbagai jenis kanker.

Khusus di Indonesia, penggunaan plastik mengandung BPA diatur oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Nomor 20 tahun 20219. Aturan tersebut mengatur batas migrasi BPA pada plastik polikarbonat untuk kemasan pangan hanya boleh 0,6 bpj.

ADVERTISEMENT

Ketua Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) Ira Soelistyo pun mengungkapkan salah satu masalah krusial yang harus dihadapi penderita kanker anak terkait minimnya jumlah dokter. Dalam sebuah acara yang digelar untuk memperingati Hari Kanker Anak di kawasan Gandaria City, dia mengatakan hingga saat ini hanya ada 90 dokter ahli kanker anak di seluruh Indonesia yang mayoritasnya hanya berpraktik di kota-kota besar.

"Itu terus terakumulasikan. Ke mana mereka berobat, jadi banyak sekali yang di pelosok-pelosok yang meninggal begitu aja, tanpa mungkin mereka tahu sakit apa. Itulah yang ingin kita suarakan," ungkap Ira di acara #BeraniGundul 2024 untuk kepedulian kanker anak di Jakarta Selatan, Minggu (3/3/2024).

Sementara itu, Kementerian Kesehatan melalui data Globocan tahun 2020 menyebutkan jumlah penderita kanker pada anak (0-19 tahun sebanyak 11.156. Dari angka tersebut leukemia menempati posisi pertama dengan 3.880 (34,8 persen), sedangkan kanker getah bening sekitar 640 (5,7 persen), dan kanker otak 637 (5,7 persen).

Untuk menekan angka tersebut, peran serta orang tua sangat dibutuhkan. Sebab minimnya edukasi dan pengetahuan orang tua mengenai kanker, menjadi biang kerok kanker yang diderita anak dalam kondisi stadium lanjut. Sebab bila terdeteksi secara dini, maka kanker anak bisa dengan cepat disembuhkan.




(anl/ega)

Berita Terkait