Obesitas masih menjadi isu serius yang harus dihadapi masyarakat Indonesia. Tidak hanya terjadi pada orang dewasa, obesitas kini juga kerap dialami oleh anak-anak.
Wakil Menteri Kesehatan RI Prof Dante Saksono Harbuwono, SpPD-KEMD, PhD, mengungkapkan menurut survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, satu dari tiga masyarakat di Indonesia mengalami obesitas.
Ternyata, tingginya angka obesitas bukan berasal dari Jakarta. Prof Dante mengatakan peningkatan angka obesitas justru terjadi di daerah-daerah penopang ibukota.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Studi yang kita lakukan di Jakarta menunjukkan angka di Jakarta tidak terlalu tinggi obesitasnya, yang tinggi justru di daerah penopang ibukota, di Depok, Bekasi, Tangerang," papar Prof Dante dalam sambutannya di Jakarta Selatan, Selasa (5/3/2024).
Prof Dante menyebut tingginya angka obesitas di daerah tersebut kemungkinan disebabkan oleh peningkatan pendapatan yang memengaruhi gaya hidup dan pola makan.
"Angka obesitasnya lebih tinggi karena pendapatan mereka mulai naik, ke makannya mereka mulai berubah dan sebagainya. Sehingga, angka obesitas di daerah tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan angka obesitas di Jakarta," terangnya.
Selain pada orang dewasa, angka obesitas pada anak juga mengkhawatirkan. Prof Dante menyebut satu dari lima anak di Indonesia mengalami kelebihan berat badan.
"Kita sering mendengar obesitas pada anak itu dianggap lucu, karena anak gemuk itu ngegemesin. Tapi di balik itu, dia menyimpan tabungan untuk mengalami metabolic syndrome, yaitu sindrom metabolik yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner, stroke, dan pembuluh darah," ucapnya.
Cara Mengukur Obesitas
Prof Dante juga menjelaskan tentang metode untuk mengukur obesitas seseorang. Selain melihat berat dan tinggi badan, obesitas juga bisa diukur dari lingkar perut.
"Selain berat badan dan tinggi, yang diukur juga ada yang namanya obesitas sentral. Itu diukur dari lingkar perut, kalau perempuan tidak boleh lebih dari 80 cm, kalau laki-laki tidak boleh lebih dari 90 cm," katanya.
Next: Bahaya dan tanda obesitas sentral pada anak
Prof Dante menegaskan obesitas sentral jauh lebih berbahaya dibandingkan obesitas biasa. Sebab, obesitas sentral kerap menunjukkan adanya resistensi insulin yang bisa berujung ke diabetes dan hipertensi.
"Insulinnya tidak bekerja dengan baik, karena tidak bekerja dengan baik, gula darah meningkat, di kemudian hari dia akan jadi diabetes. Karena insulinnya tidak bekerja dengan baik, dia hipertensi, karena insulinnya tidak bekerja dengan baik, maka dia mengalami masalah pembuluh darah dan penyakit vaskuler di kemudian hari," ujarnya.
Sedangkan pada anak, Prof Dante menyebut ada tanda spesifik obesitas yang bisa tampak di lingkar leher.
"Nanti lihat lingkar lehernya di bagian belakang, ada hitam-hitam atau nggak? Kalau ada itu namanya Acanthosis nigrican. Itu pertanda adanya resistensi insulin, di masa yang akan datang kalau obesitasnya didiamkan dia akan jadi diabetes," tandasnya.











































