Tingkat kelahiran merupakan salah satu faktor krusial yang dapat menentukan masa depan sebuah negara. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah negara dilaporkan mengalami penurunan angka kelahiran hingga terancam krisis populasi.
Bahkan, beberapa dari negara tersebut tergolong negara maju atau negara dengan harapan hidup tertinggi di dunia. Dikutip dari berbagai sumber, berikut daftar negara yang angka kelahirannya anjlok dalam beberapa waktu terakhir.
1. Taiwan
Pada 2022, Taiwan kembali mencatatkan rekor sebagai salah satu negara dengan angka kelahiran terendah di dunia. Adapun tingkat kesuburan total (Total Fertility Rate/TFR) Taiwan hanya 0,87 anak per wanita.
Angka ini bahkan lebih rendah dibanding TFR Taiwan pada 2020. Kala itu, Taiwan menjadi negara dengan angka kelahiran terendah di dunia, yakni hanya 1,07 anak per wanita.
Merosotnya angka kelahiran di negara tersebut disebabkan oleh pengeluaran dan biaya hidup yang semakin meningkat. Selain itu, banyak wanita di Taiwan yang mulai memprioritaskan karier dan baru menikah ketika usianya sudah tak lagi subur.
2. Korea Selatan
Korea Selatan juga menjadi salah satu negara yang dihantam krisis populasi. Dikutip dari Reuters, angka kelahiran di Korea Selatan tercatat hanya 0,72 pada 2023, terburuk sepanjang sejarah Negeri Ginseng tersebut.
Bahkan, kota Seoul mencatatkan angka kelahiran hanya 0,55. Menurut para ahli, anjloknya angka kelahiran di Korea Selatan disebabkan oleh tingginya biaya pendidikan dan perumahan di negara tersebut. Akibatnya, banyak pasangan muda yang belum berani memiliki dan membesarkan anak.
3. Singapura
Krisis populasi memang menjadi salah satu isu yang menghantam Singapura. Dikutip dari Channel News Asia, angka kelahiran di Singapura ditaksir hanya sekitar 0,97 pada 2023. Ini menurun dibandingkan 1,04 pada 2022, dan 1,12 pada 2021.
"Ada berbagai alasan di balik rendahnya angka kelahiran di Singapura. Beberapa bersifat sementara, misalnya pasangan yang menunda pernikahan karena COVID-19, yang kemudian turut menunda rencana untuk memiliki anak," ujar anggota parlemen Singapura, Indranee Rajah.
Selain itu, kekhawatiran mengenai biaya finansial dalam membesarkan anak, tekanan untuk menjadi orang tua yang lebih baik, dan kesulitan mengelola komitmen pekerjaan dan keluarga juga menjadi beberapa alasan masyarakat di Singapura memilih childfree.
4. Hong Kong
Hong Kong termasuk salah satu negara di Asia yang juga dilanda krisis populasi. United Nations Population Fund (UNFPA) mencatat angka kelahiran total Hong Kong pada 2023 hanya 0,8, jauh di bawah angka 2,1 untuk menjaga stabilitas populasi.
Pemerintah Hong Kong sendiri sudah melakukan berbagai upaya untuk mendongkrak angka kelahiran atau fertilitas. Misalnya, dengan menambah tunjangan pajak anak sebesar HK$ 10.000, atau sekitar lebih dari Rp 19 juta. Namun, hasilnya tidak terlalu signifikan dalam meningkatkan fertilitas.
Salah satu alasannya adalah karena banyak warga yang menganggap kebijakan kesuburan Hong Kong tidak memberikan dukungan yang cukup pada orang yang ingin memiliki anak. Selain itu, ada pula faktor sosial seperti tekanan ekonomi, perubahan struktur sosial, serta stabilitas politik yang memengaruhi keputusan orang untuk memiliki anak.
(ath/naf)