Sebagai salah satu negara dengan angka harapan hidup tertinggi di dunia, mayoritas masyarakat Jepang justru mengaku tak ingin hidup selama satu abad atau 100 tahun lamanya. Hal ini terungkap melalui studi baru terkait penuaan yang dilakukan di enam negara, yakni Jepang, Amerika Serikat, China, Korea Selatan, Jerman, dan Finlandia. Hasil studi tersebut dirilis pada awal pekan lalu.
Dalam penelitian tersebut ditemukan orang Jepang hanya fokus pada aspek negatif dari hidup hingga usia 100 tahun. Hanya 21 persen dari responden yang optimistis akan hidup bahagia ketika mencapai usia 100 tahun.
"Jika kita melihat pandangan masyarakat terhadap kehidupan hingga usia 100 tahun, menjadi jelas bahwa Jepang adalah satu-satunya negara yang tidak melihat aspek positif dari era harapan hidup 100 tahun," ujar Takashi Tanaka yang merupakan penulis laporan tersebut dalam kesimpulannya, dikutip dari South China Morning Post.
Tak ingin menjadi beban bagi keluarga atau teman seiring bertambahnya usia, serta kesulitan yang dihadapi saat orang berumur 100 tahun menjadi alasan kebanyakan orang Jepang tak ingin hidup sampai 100 tahun.
Kanako Hosomura misalnya, seorang ibu rumah tangga berusia 41 tahun dari Yokohama, mengatakan dia akan senang hidup sampai usia 100 tahun, tetapi hanya jika dirinya mampu secara fisik dan mental menjaga diri sendiri.
"Saya tidak ingin meminta orang lain melakukan sesuatu untuk saya, bahkan hal sederhana sekalipun, karena saya akan menjadi beban bagi mereka," katanya kepada This Week in Asia.
"Tetapi jika saya bisa berkeliling dan pikiran saya masih sehat, mengapa tidak hidup sampai usia 100?" tuturnya.
Hosomura mengatakan dirinya khawatir akan menjadi lebih pesimis tentang masa depannya seiring bertambahnya usia, namun memiliki keluarga dan teman dekat seharusnya memberinya pandangan yang lebih positif.
j
(suc/naf)