Remaja Klaten sampai Kena Faringitis, Bukti Vape dan Rokok Bisa Rusak Paru-paru

Round Up

Remaja Klaten sampai Kena Faringitis, Bukti Vape dan Rokok Bisa Rusak Paru-paru

Khadijah Nur Azizah - detikHealth
Selasa, 16 Apr 2024 07:44 WIB
Remaja Klaten sampai Kena Faringitis, Bukti Vape dan Rokok Bisa Rusak Paru-paru
Ilustrasi paru-paru kolaps. (Foto: Getty Images/iStockphoto/sittithat tangwitthayaphum)
Jakarta -

Viral kisah remaja asal Klaten, Jawa Tengah, yang harus bolak balik rumah sakit setelah paru-parunya 'kolaps' gegara kebiasaan merokok dan vape. Akibat hal itu, dia mengalami faringitis dan bronkitis akut.

"Diagnosa pertama setelah periksa itu saya terkena faringitis akut dan bronkitis akut," ungkap Rico pada detikcom (15/5/2024).

Kondisi tersebut dialaminya pasca lebih dari 7 tahun konsisten merokok dan ngevape. Gejala awal yang dikeluhkan disebut Rico mulanya tampak seperti batuk biasa.Namun, keluhan tersebut tak kunjung hilang hingga gejala lain muncul dan terasa lebih berat, termasuk sesak napas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kebiasaan vape dan merokok sudah terbukti bisa merusak paru-paru. Hanya saya vape kerap dianggap lebih 'aman' daripada rokok konvensional.

Hanya saja potensi toksisitas dan dampak kesehatan akibat vape juga sama buruknya dengan merokok. Ada risiko terjadinya inflamasi paru, penyakit jantung hingga kerusakan sel akibat zat karsinogen yang terpapar terlalu tinggi.

ADVERTISEMENT

"Jadi tidak benar kalau rokok elektronik lebih aman karena mereka sama-sama ada kandungan ini. Meskipun tidak mengandung tar, ternyata rokok elektronik itu ada bahan karsinogen," ucap dr Agus dikutip dari laman resmi Universitas Indonesia, Selasa (16/4/2024).

Riset yang dilakukan FKUI dan RS Persahabatan pada tahun 2018 menemukan dari 71 pria yang menjadi responden, 34 orang di antaranya menggunakan vape dan sebanyak 76,5 persen pengguna rokok elektronik secara reguler memiliki ketergantungan nikotin.

Vape menghasilkan sejumlah bahan kimia berbahaya seperti asetaldehida, akrolein, dan formaldehida yang bisa menyebabkan penyakit paru seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), asma, dan kanker paru.

"Oleh karena itu kalau kita lihat secara keseluruhan dampaknya (vape) pada paru mulai dari iritasi, gejala pernapasan, bronkitis, asma, PPOK, pneumonia, paru-paru bocor, kanker paru, pneumonitis, dan Evali karena akut menyebabkan sesak napas tiba-tiba," ucap Agus.

Selanjutnya: prevalensi perokok di Indonesia

Berdasarkan data Global Adult Tobbaco Survey, prevalensi perokok elektronik di Indonesia naik hingga 10 kali lipat, dari 0,3 persen di tahun 2011 menjadi 3 persen di 2021. Prevalensi perokok pasif juga tercatat naik menjadi 120 juta orang.

Sementara itu jumlah perokok dalam kurun waktu 10 tahun terakhir juga meningkat. dari 60,3 juta pada tahun 2011 menjadi 69,1 juta perokok pada tahun 2021.

Generasi muda harus mewaspadai bahaya yang bisa muncul akibat mengonsumsi baik vape atau rokok konvensional. Kebiasaan tersebut bisa merusak paru-paru dalam jangka panjang.

"Jadi kandungannya ini (rokok elektronik) sama persis yang ada dalam rokok konvensional, yang kemudian menyebabkan terjadinya kerusakan di jaringan paru dengan kandungan rokok elektornik sebesar 3 miligram," pungkas dr Agus.

Halaman 2 dari 2
(kna/kna)

Berita Terkait