Studi: Orang Kaya Lebih Berisiko Kena Kanker, Orang Miskin Rentan Diabetes

Atta Kharisma - detikHealth
Rabu, 25 Sep 2024 16:30 WIB
Ilustrasi. (Foto: Getty Images/KatarzynaBialasiewicz)
Jakarta -

Sebuah studi terbaru yang dilakukan University of Helsinki di Finlandia mengungkap temuan kaitan antara status sosial ekonomi dengan risiko berbagai penyakit. Menurut studi tersebut, orang kaya memiliki genetik yang lebih berisiko terkena kanker dibandingkan mereka yang pas-pasan.

Studi itu menemukan orang kaya secara genetik lebih rentan terkena kanker payudara, prostat, dan jenis kanker lainnya. Di sisi lain, mereka yang kurang mampu secara genetik lebih rentan mengalami diabetes hingga depresi.

Ini adalah penelitian pertama yang menganalisa hubungan antara 19 penyakit umum di negara berpenghasilan tinggi. Tim peneliti mengumpulkan data kesehatan, status sosio-ekonomi, dan genomik dari 280.000 warga Finlandia berusia 35 hingga 80 tahun.

"Sebagian besar model prediksi klinis mencakup informasi demografi dasar, seperti jenis kelamin biologis dan usia, dengan menyadari bahwa kejadian penyakit antara pria dan wanita berbeda dan bergantung pada usia," ujar kepala peneliti dr Fiona Hagenbeek dikutip dari New York Post, Rabu (25/9/2024).

Hagenbeek mengatakan penelitiannya hanya berfokus pada individu keturunan Eropa. Karenanya, diperlukan studi lebih luas dan mencakup negara-negara berpenghasilan rendah untuk memahami sepenuhnya hubungan antara profesi tertentu dan risiko penyakit.


"Di masa depan juga penting untuk melihat apakah pengamatan kami mengenai interaksi status sosio-ekonomi dan genetika terhadap risiko penyakit direplikasi pada orang-orang dari berbagai keturunan negara yang (berpenghasilan) lebih tinggi dan lebih rendah," katanya.

Hagenbeek menuturkan temuan ini dapat berkontribusi dalam meningkatkan skrining untuk penyakit-penyakit tersebut.

"Misalnya, di masa depan protokol skrining kanker payudara dapat disesuaikan agar wanita dengan risiko genetik dan pendidikan tinggi menerima skrining lebih awal atau lebih sering dibandingkan wanita dengan risiko genetik atau pendidikan rendah," terangnya.

"Karena tujuan keseluruhan dari memasukkan informasi genetik ke dalam layanan kesehatan adalah untuk memfasilitasi pengobatan yang lebih dipersonalisasi, kita tidak boleh memperlakukan informasi genetik sebagai 'satu ukuran untuk semua'," tandas Hagenbeek.



Simak Video "Video: Ketua YKPI soal Banyak Pasien Kanker Pilih Pengobatan Alternatif"

(ath/naf)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork