Kisah Kader Posyandu di Temanggung Perangi Stunting, Tetap Sabar Demi Anak-anak

Kisah Kader Posyandu di Temanggung Perangi Stunting, Tetap Sabar Demi Anak-anak

Devandra Abi Prasetyo - detikHealth
Senin, 30 Sep 2024 06:30 WIB
Kisah Kader Posyandu di Temanggung Perangi Stunting, Tetap Sabar Demi Anak-anak
Foto: dok Pribadi Anggi
Jakarta -

Seorang kader posyandu seperti Rhosa Anggi Setyaningrum (38) dituntut untuk memiliki kesabaran yang tiada batas. Anggi, begitulah ia biasa disapa, masih menemukan banyak hambatan di lapangan dalam memerangi stunting, baik dari sisi orang tua maupun sang anak.

Tidak patah semangat, Anggi bersama Tim Penggerak Kegiatan (TPK) di Desa Klepu Pringsurat, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah terus melakukan sosialisasi terkait stunting kepada para orang tua.

"Kadang itu malah orang tuanya yang menolak kalau anaknya dikatakan stunting, nah seperti itu kan tantangan buat kader. Padahal kalau dari data, anaknya itu memang stunting," ujar Anggi ketika berbincang dengan detikcom melalui telepon, Minggu (29/9/2024).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Terus ada orang tua yang bilang, 'anakku memang stunting karena nggak pernah tak kasih susu'. Jadi kesadaran mereka itu masih kurang. Tapi, kami sabar, pelan-pelan memberikan penyuluhan ke mereka terkait stunting dan bantuan PMT (pemberian makanan tambahan)," lanjut dia.

Beruntungnya, niat baik Anggi dan tim untuk mengentaskan stunting di Desa Klepu mendapat dukungan dari Pemerintah Daerah (Pemda). Posyandunya mendapatkan bantuan timbangan digital yang dapat menilai lebih akurat.

ADVERTISEMENT

"Tahun ini jumlah anak (stunting) meningkat, ini salah satunya disebabkan oleh timbangan. Sebelumnya kami pakai timbangan manual yang besi itu, sekarang sudah pakai timbangan yang digital," kata Anggi.

"Di Klepu untuk saat ini ada 20 sasaran balita pemberian PMT. Rata-rata usianya di bawah lima tahun. PMT itu nanti diberikan setiap hari yang berupa telur lalu ada buah, kalau berupa makan (berat) itu setiap sepuluh hari sekali," lanjut dia.

Seorang kader posyandu seperti Rhosa Anggi Setyaningrum (38) dituntut untuk memiliki kesabaran yang tiada batas. Anggi, begitulah ia biasa disapa, masih menemukan banyak hambatan di lapangan dalam memerangi stunting, baik dari sisi orang tua maupun sang anak.Kerja keras mengatasi stunting. Foto: dok Pribadi Anggi

Penyebab Stunting di Desa Klepu

Anggi bercerita bahwa pola asuh yang kurang tepat dari keluarga membuat banyak anak di daerahnya mengalami stunting. Selain itu, dari sisi anaknya sendiri yang susah untuk makan makanan bergizi.

"Di Desa Klepu sendiri kebanyakan kok bisa stunting, satu karena orang tuanya sibuk bekerja. Lalu yang momong biasanya neneknya, itu kan cara momongnya zaman dahulu beda sama sekarang," kata Anggi.

"Terus anaknya sendiri yang susah untuk makan, kadang cuma diemut saja," sambungnya.

NEXT: BKKBN Galakkan Program KB untuk Cegah Stunting

Sejalan dengan upaya menurunkan angka stunting di Indonesia, Plt Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sundoyo mendorong masyarakat untuk mengikuti program Keluarga Berencana (KB).

"Selain mencegah stunting, program utama BKKBN yakni berencana itu keren. Memang kita tidak bisa menangani anak-anak yang sudah terlanjur mengalami stunting, tetapi mestinya harus dimulai dari pencegahan di hulu, bagaimana ketika suami-istri merencanakan untuk mendapatkan anak itu juga sangat berpengaruh terhadap stunting," ujar Sundoyo di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Kamis (26/9/2024).

"Sehingga pada akhirnya di tahun 2045 kita akan mendapatkan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing tinggi," tutupnya.

Halaman 3 dari 2


Simak Video "Video Apoteker: Kekurangan Mikronutrien Jadi Akar Kasus Stunting di Indonesia"
[Gambas:Video 20detik]
(dpy/up)

Berita Terkait