Kematian mendadak pada orang yang tampak sehat dan tidak memiliki masalah kesehatan apapun tentu menjadi kabar yang sangat mengejutkan pada siapapun. Meskipun kematian memang bisa terjadi kapan saja, namun ada alasan medis yang bisa melatarbelakanginya.
Dikutip dari Medical News Today dan Healthline, sudden death syndrome (SDS) atau sindrom kematian mendadak merupakan skenario biologis yang menyebabkan seseorang mengalami kematian mendadak.
Seseorang yang mengalami SDS sering kali tidak memiliki tanda-tanda peringatan penyakit. Bahkan setelah kematian, otopsi bisa saja tidak mengungkapkan alasan kematian yang jelas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Siapa yang Paling Berisiko?
Sindrom kematian mendadak lebih umum terjadi pada orang dewasa dan paruh baya. Pada orang-orang di usia ini, kematian yang tidak dapat dijelaskan ini dikenal sebagai sudden adult death syndrome (SADS).
Tidak hanya itu, bayi juga tak terlepas dari kematian mendadak. Sindrom ini mungkin merupakan salah satu dari banyak kondisi yang termasuk dalam sudden infant death syndrome (SIDS).
Para peneliti telah menemukan bahwa gen tertentu dapat meningkatkan risiko seseorang terhadap beberapa jenis SDS. Jika seseorang menderita SADS, misalnya, lebih dari 20 persen kerabat tingkat pertama mereka (saudara kandung, orang tua, dan anak-anak) juga kemungkinan besar menderita sindrom tersebut.
Namun, tidak semua orang dengan SDS memiliki salah satu gen ini. Hanya 15 hingga 30 persen kasus sindrom Brugada yang terkonfirmasi memiliki gen yang terkait dengan kondisi tersebut.
Apa Penyebabnya?
Belum jelas apa yang menyebabkan seseorang mengalami kematian mendadak. Namun, sudden cardiac death (SCD) atau kematian jantung mendadak merupakan penyebab paling umum dari SDS.
Apa Gejala yang Muncul?
Gejala atau tanda pertama sindrom kematian mendadak dapat berupa kematian yang tiba-tiba dan tidak terduga. Namun, SDS dapat menyebabkan gejala-gejala bahaya seperti:
- Nyeri dada, terutama saat berolahraga
- Penurunan kesadaran
- Kesulitan bernafas
- Pusing
- Jantung berdebar-debar atau perasaan berdebar-debar
- Pingsan yang tidak diketahui penyebabnya, terutama saat berolahraga
NEXT: Pakar Berbicara soal Kematian Mendadak
Konsultan senior di Departemen Kardiologi di Pusat Jantung Universitas Nasional Singapura (NUHCS) Professor Tan Huay Cheem, penyebab kematian mendadak bisa jadi terkait dengan masalah kardiovaskular.
Dikutip dari CNA, menurut tinjauan komprehensif tahun 2022, masalah kardiovaskular menyumbang hingga 73 persen kematian mendadak. Penyebab ini dibandingkan dengan kondisi lain seperti asma, epilepsi, dan perdarahan intraserebral.
"Bagi mereka yang berusia di atas 30 tahun, masalah kardiovaskular yang biasa terjadi adalah serangan jantung, miokarditis (peradangan otot jantung), stroke dan diseksi aorta, yaitu robekan pada lapisan dalam pembuluh darah besar atau aorta," kata Prof Tan.
Sementara itu, mereka yang meninggal secara mendadak dan berusia di bawah 30 tahun, kemungkinan mengalami kardiomiopati hipertrofi (penebalan tidak normal pada otot jantung), anomali koroner kongenital (arteri koroner berada di tempat yang salah atau kelainan sejak lahir), miokarditis atau aritmia (kelainan detak jantung).
Senada, Kepala divisi dan konsultan senior bedah vaskular di Departemen Bedah Jantung, Toraks dan Bedah Vaskular di NUHCS, Dr Rajesh Dharmaraj mengatakan kematian mendadak juga bisa disebabkan oleh pecahnya aneurisma pada pembuluh darah arteri.
"Ini bisa terjadi pada pasien yang memiliki aneurisma yang besar (pembengkakan abnormal pada arteri) yang tidak terdiagnosis. Dinding arteri menjadi lemah dan membengkak seiring waktu, sampai akhirnya pecah dan pasien mengalami pendarahan dalam, menyebabkan kematian mendadak," kata Dr Rajesh.
Simak Video "Video: Menyoal Kematian Mendadak pada Orang yang Tampak Sehat"
[Gambas:Video 20detik]
(dpy/kna)











































