Kualitas penanganan kanker di Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah besar. Hal ini dapat dilihat dari masih banyak pasien kanker di Indonesia yang lebih memilih untuk berobat ke luar negeri, seperti Malaysia atau Singapura.
Ketua Perhimpunan Hematologi-Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (PERHOMPEDIN) Dr dr Tubagus Djumhana SpPD KHOM menuturkan bahwa kualitas dokter kanker di Tanah Air sebenarnya tidak kalah dari luar negeri. Namun, ia mengakui ada sejumlah tantangan yang membuat penanganan kanker menjadi lebih sulit.
Salah satunya adalah jumlah pasien kanker yang jauh lebih banyak dan tersebar di pulau-pulau Indonesia. Kondisi ini membuat jumlah antrean pasien membludak dan memperpanjang proses penetapan diagnosis kanker.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini juga belum ditambah sistem pemeriksaan kanker secara bertahap yang harus dilakukan oleh pasien.
"Jadi dia (pasien yang ke luar negeri) hanya ingin supaya di sana lebih cepat untuk mendapatkan diagnosis dan terapinya. Ibaratnya semua orang bisa langsung diperiksa, kalau kita kan ada urutannya mengikuti kaedah-kaedah dalam hal ilmu kedokteran untuk segi yang precision," kata dr Djumhana ketika berbincang dengan detikcom, Selasa (10/12/2024).
"Tidak semua diperiksa dan ada urutan itu, karena untuk penghematan biaya yang namanya efektif. Tapi kalo di sana kan tidak pakai sistem jaminan kesehatan jadi siapapun yang punya uang ke sana," sambungnya.
dr Djumhana mengatakan ada semacam kebiasaan dari pasien, ketika mereka sudah melakukan diagnosis kanker di luar negeri, mereka akan tetap kembali ke Indonesia untuk mendapatkan obat. Mereka memanfaatkan BPJS Kesehatan untuk mendapatkan obat kanker gratis yang memang sudah dicover.
Ia menekankan kembali tenaga kesehatan Indonesia, khususnya dokter kanker, tidak kalah dengan negara tetangga. Bahkan dalam beberapa hal menurutnya dokter Indonesia masih lebih baik bila dibandingkan dengan negara tetangga.
Menurutnya, pekerjaan terbesar sekarang adalah bagaimana kualitas layanan penyakit kanker bisa lebih ditingkatkan, sarana prasarana diperbaiki, serta memperbanyak ketersediaan dan membuat harga obat kanker lebih terjangkau.
"Jadi betul-betul harus ada perubahan-perubahan dalam sistem pelayanan, terutama pelayanan kanker. Jangan sampai juga pasien datang ke dokter dalam kondisi stadium lanjut, harus ada lebih dini lagi, oleh itu program diagnostik dini, dan skrining harus lebih ditingkatkan lagi. Jadi betul-betul kita harus dari semua aspek, supaya pelayanannya berkualitas dan berstandar internasional," tandasnya.
(avk/kna)











































