Pemicu Fatherless di RI: Sesat Pikir Tugas Ayah Hanya Cari Nafkah Tak Urus Anak

Pemicu Fatherless di RI: Sesat Pikir Tugas Ayah Hanya Cari Nafkah Tak Urus Anak

Averus Kautsar - detikHealth
Senin, 16 Des 2024 13:10 WIB
Pemicu Fatherless di RI: Sesat Pikir Tugas Ayah Hanya Cari Nafkah Tak Urus Anak
Ilustrasi. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Jatuporn Tansirimas)
Jakarta -

Fatherless atau anak yang tumbuh tanpa peran ayah menjadi sebuah fenomena yang menjadi sorotan banyak pihak. Masih adanya persepsi 'ayah cukup mencari nafkah dan anak adalah urusan ibu' di Indonesia dianggap menjadi salah satu faktor besar persoalan tersebut.

Psikolog klinis Anastasia Sari Dewi menuturkan bahwa diperlukan keseimbangan yang baik dalam hal pengasuhan pada anak. Hal ini membuat peran ayah juga sangat penting dalam pengasuhan, bukan tugas ibu saja.

Ia mencontohkan salah satunya adalah kedua orang tua harus bisa kompak dalam memberikan nasihat yang searah pada anak. Apabila hanya ibu yang berperan di sini, anak berisiko lebih mungkin bingung atau bimbang ketika dihadapkan banyaknya persepsi dalam kehidupan bermasyarakat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Apabila hanya satu orang tua yang menasihati, anak akan tetap merasa kebingungan. Karena di luar sana ada banyak perspektif yang lain gitu ya. Itu yang dibantu orang tua memberikan validasi itu kepada anak dengan nasihat-nasihat searah," kata Sari ketika dihubungi detikcom, Senin (16/12/2024).

"Sehingga anak bisa menggunakan pedoman tersebut dan apabila ada banyak perbedaan sudut pandang di luar sana, dia tidak gampang goyah karena kedua peran orang tuanya memberikan arahan satu suara," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Sari mengatakan persepsi 'tugas hanya cukup mencari nafkah' muncul dari zaman dulu ketika kesempatan wanita untuk bekerja lebih kecil. Secara tanpa sadar, laki-laki akhirnya menjadi orang yang fokus mencari nafkah, sedangkan perempuan yang membantu urusan rumah tangga.

Melihat kesempatan kerja dan situasi yang sudah berubah saat ini, Sari berpendapat bahwa persepsi tersebut sebenarnya sudah tidak relevan lagi. Oleh karena itu, kedua orang tua seharusnya bisa menjalankan tugas pengasuhan secara bersama-sama, terlebih ia menganggap ada sedikit perbedaan tugas ayah dan ibu dalam pengasuhan.

"Misalnya ibu memberikan rangsangan tumbuh kembang emosi anak, bagaimana berempati, bersimpati pada orang lain, merasa dan menjelaskan emosi-emosi yang dirasakan oleh anak, membantu mengarahkan coping pada semua sensasi rasa itu disalurkan dengan cara seperti apa, bisa lewat ibu," ujar Sari.

"Sedangkan ayah juga membantu dalam mengajarkan bagaimana cara bersosialisasi di masyarakat, pertemanan, bagaimana cara berpikir, berstrategi, mengambil keputusan, bersikap, itu bisa lebih mudah digambarkan oleh ayah karena faktor ketegasan dan faktor logika diharapkan jauh lebih terlihat atau nampak pada sosok laki-laki," tandasnya.




(avk/kna)

Berita Terkait