Keselamatan dan kenyamanan saat mudik Hari Natal dan Tahun Baru 2024 tentunya wajib menjadi prioritas utama. Mengutamakan keselamatan dalam berkendara bisa mencegah masalah kesehatan, salah satunya trauma uretra.
Spesialis urologi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr Adhitama Alam Soeroto, SpU mengatakan trauma uretra merupakan salah satu kondisi yang cukup sering terjadi di Indonesia, terlebih pada momen mudik. Hal ini karena kasus kecelakaan di Tanah Air terbilang cukup tinggi.
Sebagai informasi, trauma uretra merupakan suatu gangguan yang terjadi di uretra atau saluran yang berfungsi untuk mengeluarkan urine dari tubuh. Gangguan tersebut berupa rusaknya jaringan di uretra itu sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kerusakan di bagian tersebut bisa diakibatkan macam-macam, bisa kecelakaan mobil, motor, terjatuh, terbentur, sobek, tertembak, dan lain-lain. Kalau terjadi trauma uretra, pasiennya nggak bisa pipis," kata dr Adhitama saat berbincang dengan detikcom di RSCM, Jakarta Pusat, Senin (23/12/2024).
"Ada dua mekanisme yang paling sering menyebabkan trauma uretra. Satu adalah patah di tulang panggul atau fraktur pelvis, satu lagi straddle injury atau jatuh terduduk," sambungnya.
Menurut dr Adhitama, kasus trauma uretra ini seringkali terjadi pada pria. Hal ini karena saluran kencing dari laki-laki lebih panjang daripada perempuan.
"Gejalanya kalau kita mengalami trauma uretra ini, kalau udah terjadi robeknya, paling sering gejalanya nggak bisa pipis. Kadang-kadang juga di bagian penisnya muncul darah," kata dr Adhitama.
"Kalau nyeri kadang-kadang, misal pasien lagi dalam kondisi sadar bisa nyeri. Tapi nyerinya lebih dominan karena dia nggak bisa pipis," sambungnya.
Menurut dr Adhitama, kondisi trauma uretra ini jika dibiarkan tentu akan mengancam kualitas hidup seseorang. Di sisi lain, mereka yang mengalami kondisi ini karena kecelakaan misalnya, tidak bisa langsung mendapatkan penanganan segera.
"Kalau kami perbaiki segera untuk kondisi trauma uretra ini, justru penyembuhan ke depannya kurang baik sebenarnya. Paling bagus sebenarnya pipisnya kami alihkan dulu, jadi yang biasanya lewat saluran kencing, kami ubah lewat perut biasanya dan dibiarkan selama tiga bulan," kata dr Adhitama.
"Setelah tiga bulan, jaringan-jaringannya sudah berubah jadi jaringan parut atau jaringan ikat. Habis itu baru kami perbaiki, kami potong dan sambung. Dicari bagian yang rusak terus dipotong, dicari bagian sehat dan kami sambung," lanjut dia.
NEXT: Bisa Berdampak ke Kerusakan Ginjal
Menurut dr Adhitama, trauma uretra yang tidak ditangani dengan baik bisa saja berisiko merusak ginjal, sehingga hal ini perlu menjadi perhatian.
"Misalnya dia nggak bisa pipis, atau kadang-kadang dan ngerasa 'oh ya udahlah nggak bisa pipis, nggak papa' atau bisa pipis tapi sedikit-sedikit keluarnya dan dibiarkan saja," kata dr Adhitama.
"Padahal kencingnya terganggu, pasti kantong kencingnya dalam kondisi penuh dan ini bisa rentan sekali infeksi, kedua bisa ada aliran balik ke arah ginjal. Lama kelamaan jika dibiarkan bisa jadi penyebab gagal ginjal juga sebenarnya," sambungnya.
Di momen mudik Hari Natal dan Tahun Baru 2024 ini, dr Adhitama mengimbau kepada para pemudik untuk tetap memprioritaskan keselamatan berkendara guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
"Sebagai tenaga medis, jadi ya safety riding. Pakai helm yang baik, terus kapasitas penumpangnya jangan berlebihan, kapasitas yang dibawa juga jangan berlebihan. Jangan ugal-ugalan (dalam berkendara) dan selalu tahu batasan diri," tuturnya.
"Kalau sudah mulai capek ya istirahat dulu, karena (capek) biasanya dapat menurunkan konsentrasi, berisiko terjatuh dan terjadi cedera," tutupnya.
Simak Video "Video: Dokter Urologi Sebut Kualitas Sperma Laki-laki Menurun di Tahun 2000-an"
[Gambas:Video 20detik]
(dpy/up)











































