Kemoterapi menjadi salah satu pengobatan yang terbilang efektif dalam "membunuh" sel kanker di dalam tubuh. Namun, pengobatan ini bisa dikatakan lama dan akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
Spesialis onkologi Prof Dr dr Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP mengatakan umumnya pengobatan kemoterapi untuk kanker bisa dilakukan hingga enam kali.
"Biasanya kemoterapi itu dilakukan sampai enam kali, sekali pengobatan tiga minggu rata-rata. Bahkan yang imunoterapi itu sampai dua tahun," kata Prof Aru saat ditemui di Jakarta Selatan, Rabu (19/2/2025).
Dalam masa pengobatan yang terbilang tidak sebentar, bisa sampai 18 minggu tersebut, Prof Aru mengatakan memang banyak pasien kanker yang memutuskan untuk berhenti di tengah jalan. Menurut pengalamannya, mental yang terguncang menjadi biang keroknya.
"Kemoterapi itu berat, memang banyak yang pingin berhenti (di tengah jalan) . Tergantung niatnya itu (untuk sembuh)," kata Prof Aru.
Menurut Prof Aru, saat melakukan kemoterapi, pasien biasanya akan mendapatkan efek samping yang harus dihadapi setelah pengobatan.
"Terkadang bagian tubuh yang masih sehat juga kena. Mual, muntah, nggak napsu makan di hari itu, tergantung obatnya juga," katanya.
Dengan berbagai efek samping dan waktu pengobatan yang terbilang tidak sebentar, mereka yang memutuskan untuk berhenti kemoterapi juga dihadapkan dengan konsekuensi yang tidak kalah beratnya.
"Kalau (pasien) udah nyerah ya meninggal, karena kan udah menyerah," tuturnya.
Prof Aru mengatakan pentingnya memberikan dukungan mental bagi para pejuang kanker. Hal ini menjadi salah satu upaya untuk para pejuang kanker tidak menyerah dan semakin membulatkan tekadnya demi kesembuhan.
Simak Video "Video: Ketua YKPI soal Banyak Pasien Kanker Pilih Pengobatan Alternatif"
(dpy/kna)