Usia Pakai 40% Galon Guna Ulang di Atas 2 Tahun, KKI Soroti Bahayanya

Usia Pakai 40% Galon Guna Ulang di Atas 2 Tahun, KKI Soroti Bahayanya

Inkana Putri - detikHealth
Kamis, 20 Feb 2025 10:06 WIB
Usia Pakai 40% Galon Guna Ulang di Atas 2 Tahun, KKI Soroti Bahayanya
Foto: Shutterstock
Jakarta -

Komunitas Konsumen Indonesia (KKI) melakukan survei dan investigasi terkait usia pakai galon guna ulang air minum dalam kemasan di lima kota besar. Hasilnya, hampir 40% galon guna ulang yang beredar di masyarakat berusia di atas 2 tahun.

"Saya sendiri menemukan galon produksi tahun 2019 dan 2020 yang masih digunakan. Bayangkan, sudah 4-5 tahun galon ini diproduksi dan masih terus digunakan ulang," ungkap Ketua KKI David Tobing dalam keterangan tertulis, Kamis (20/2/2025).

David mengungkapkan usia pakai galon guna ulang yang berbahan polikarbonat sangat beresiko bagi kesehatan konsumen. Sebab, galon berpotensi melepaskan zat berbahaya Bisphenol A (BPA) ke dalam air minum.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya itu, proses pencucian yang berulang-ulang pada galon juga dapat mempercepat peluruhan BPA tersebut.

"Beberapa produsen mengaku melakukan pencucian dan penggunaan ulang lebih dari 20 kali. Belum lagi proses distribusi yang tidak terkontrol dan galon terpapar sinar matahari langsung," jelas David.

ADVERTISEMENT

Melihat kondisi ini, David pun menyayangkan belum adanya aturan tegas terkait dengan batas usia pakai galon dan cara distribusinya yang aman.

Untuk itu, KKI mengingatkan masyarakat untuk selalu memeriksa usia pakai galon yang digunakan. Hal ini dikarenakan usia pakai galon yang terlalu lama berpotensi meningkatkan risiko luruhnya BPA ke dalam air minum.

David menjelaskan usia galon dapat dilihat dari informasi yang tertera di bagian bawah galon, sementara tahun produksi ditulis dalam bentuk angka.

Misalnya 19 atau 20 artinya diproduksi pada tahun 2019 atau tahun 2020; dan bulan produksi ditandai dengan panah yang mengarah ke angka bulan tertentu, misalnya panah mengarah ke angka 3 berarti diproduksi di bulan Maret.

"Semua informasi itu sayangnya di (bagian) bawah (galon)," kata David.

"Jadi masyarakat atau konsumen tidak sadar tentang informasi itu," imbuhnya.

KKI pun menuntut produsen untuk lebih transparan dalam memberikan informasi terkait produk dan kemasannya kepada konsumen. Kepada pemerintah dan BPOM, KKI juga meminta edukasi dan sosialisasi yang terus menerus tentang usia galon guna ulang, agar konsumen semakin menyadari risiko bahaya BPA.

Sementar itu Pakar polimer Universitas Indonesia, Prof. Mochamad Chalid mengungkapkan sejumlah penelitian telah menunjukkan penggunaan berulang kali kemasan polikarbonat berpotensi untuk meluruhkan BPA.

Dia mengindikasikan sebuah galon guna ulang bisa dipakai hingga 40 kali. Dengan asumsi satu galon digunakan selama satu minggu, maka masa pakai sebuah galon seharusnya kurang dari setahun.

Setelah itu, galon tersebut seharusnya tidak digunakan lagi. Namun, kenyataannya, 4 dari 10 galon yang beredar telah digunakan dua kali lipat dari batas seharusnya.

"Karena ada skema, digunakan, dikembalikan, dibersihkan, diisi lagi, dan digunakan lagi secara terus menerus, maka bisa dibayangkan peluruhan BPA yang dihasilkan," ujar Prof. Chalid

Prof. Chalid juga menjelaskan peluruhan BPA yang sudah melampaui ambang batas ini telah ditemukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam survei lapangannya pada 2021-2022.

Diketahui, BPA merupakan senyawa kimia sintesis pembentuk plastik polikarbonat, yang digunakan oleh air minum dalam kemasan galon guna ulang. Ratusan penelitian ilmiah yang dilakukan di sejumlah negara pun menyimpulkan paparan BPA berpotensi membahayakan kesehatan manusia, seperti gangguan hormon, proses tumbuh kembang anak, dan risiko kanker.




(ega/ega)

Berita Terkait