Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo mengatakan tidak ada hubungan kanker dengan meminum air dari galon polikarbonat. Menurutnya, penyakit kanker justru disebabkan Sebagian besarnya karena lingkungan dan gaya hidup yang kurang baik.
Hal itu menjawab isu yang menyebutkan penggunaan galon polikarbonat terhadap beragam masalah kesehatan hingga kanker. Padahal sejumlah riset juga telah membantah isu tersebut.
"Kebanyakan karena paparan-paparan gaya hidup seperti kurang olahraga dan makan makanan yang salah, merokok, dan lain sebagainya. Jadi belum ada penelitian air galon itu menyebabkan kanker," kata Prof Aru dalam keterangan tertulis, Jumat (21/2/2025). .
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal senada pun turut diungkapkan oleh anggota Yayasan Kanker Indonesia Dr. Nadia A Mulansari SpPD-KHOM. Dia menjelaskan bahwa sekitar 10-15 persen paparan kanker berasal dari genetik dan sisanya sekitar 90-95 persen itu sporadik atau lebih ke lingkungan.
Oleh sebab itu, dia meminta masyarakat tidak perlu panik dan takut untuk mengonsumsi air minum dari galon polikarbonat.
"Nggak lah, air galon itu malah air putih paling sehat," ujar Nadia.
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra memastikan bahwa meminum air dari galon polikarbonat atau guna ulang tidak akan menyebabkan gangguan kesehatan. Dia mengatakan galon-galon tersebut sudah memiliki SNI dan telah melewati serangkaian penelitian dan uji kecocokan pangan.
Dia menjelaskan bahwa BPA memang berbahaya sebagai zat berdiri sendiri. Namun, apabila sudah terpolimerisasi menjadi material baru seperti polikarbonat, maka akan menghilangkan bahaya yang terkandung dalam zat tersebut.
"Kalau semua produk terutama kemasan itu sudah terstandar SNI ya, tandanya dia juga level toleransinya terhadap cemaran itu tidak membahayakan," tuturnya.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam sebuah penjelasan juga memastikan bahwa penggunaan galon polikarbonat atau guna ulang aman alias tidak memiliki dampak terhadap kesehatan. BPOM mengimbau masyarakat untuk menjadi konsumen cerdas dan tidak mudah terpengaruh oleh isu yang beredar.
Mengacu pada kajian Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) menyatakan bahwa belum ada risiko bahaya kesehatan terkait BPA. Hal ini karena data paparan BPA terlalu rendah untuk menimbulkan bahaya kesehatan.
Kalaupun ada migrasi masih dalam batas aman sehingga belum ada risiko bahaya kesehatan terkait paparan BPA. EFSA menetapkan batas aman paparan BPA oleh konsumen adalah 4 mikrogram/kg berat badan/hari.
Sementara, BPOM telah menetapkan Peraturan Nomor 20 Tahun 2019 tentang kemasan pangan yang mengatur persyaratan keamanan kemasan pangan termasuk batas maksimal migrasi BPA maksimal 0,6 bpj (600 mikrogram/kg) dari kemasan PC untuk memastikan paparan BPA pada tingkat aman.
"Beberapa penelitian internasional juga menunjukkan penggunaan kemasan PC termasuk galon AMDK secara berulang tidak meningkatkan migrasi BPA," tulis BPOM seperti dikutip website resmi pom.go.id.
Selain itu, riset independen yang dilakukan oleh Kelompok Studi Kimia Organik Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Islam Makassar (UIM) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) juga membantah migrasi BPA bisa berdampak pada Kesehatan manusia. Ketiga penelitian tersebut mendapati bahwa tidak ada migrasi BPA dari galon polikarbonat ke dalam air minum.
(akd/akd)










































