Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI Taruna Ikrar memastikan pihaknya akan mengawasi peredaran takjil yang dijual selama Ramadan. Taruna mengaku saat ini pihaknya sudah memulai persiapan pengawasan jajanan selama bulan Ramadan.
Setelah pengawasan nanti dilakukan, hasilnya akan segera diumumkan kepada publik.
"Kita pada saat ini sudah mulai berjalan, dan kita akan umumkan setidaknya pertengahan bulan Ramadan," kata Taruna ketika ditemui di Jakarta Selatan, Kamis (27/2/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti yang diketahui, temuan jajanan mengandung bahan non-pangan berbahaya masih sering ditemui setiap Ramadan. Zat berbahaya yang digunakan pada jajanan biasanya berupa zat pengawet berbahaya atau pewarna yang mencolok.
Pada tahun lalu misalnya, BPOM RI menemukan setidaknya ada sekitar 1,10 persen dari 9.262 sampel takjil masih mengandung bahan berbahaya. Dari keseluruhan temuan tersebut, 48,04 persen pelanggar menggunakan formalin, 25,49 persen menggunakan pewarna sintetis Rhodamin B, 27,45 persen menggunakan boraks, dan 0,98 persen menggunakan pewarna kuning metanil.
Bila dikonsumsi oleh masyarakat, apalagi secara berlebihan, bahan berbahaya tadi dapat memicu masalah seperti mual, muntah, pusing, bahkan meningkatkan risiko kanker.
Oleh karena itu, Taruna mengingatkan para pedagang takjil nantinya untuk jangan nakal dan menipu pembeli. Jangan sampai makanan yang dijual oleh pedagang dapat membahayakan kesehatan masyarakat.
"Para pedagang, baik yang makanan siap saji seperti takjil dan lainnya, serta makanan lainnya hati-hati lah untuk kepentingan rakyat, jangan dibohongi lah rakyat kita," tandasnya.
(avk/up)











































