Seorang pria berusia 28 tahun di Simalungun, Sumatera Utara, menceritakan perjuangannya melawan kanker rektum stadium 3B. Penyakit yang diidapnya sejak umur 23 tahun itu berawal dari berat badannya yang turun secara drastis dan masalah buang air besar.
"Lama-kelamaan, feses tidak keluar sama sekali. Suami lemas dan tidak bisa apa-apa, sehingga kami periksa ke RS di Merauke, Papua. Lalu dibiopsi dan menunggu hasil selama sebulan, dibacakan ternyata tumor ganas di rektum," kata istri Ary Admaja Sinaga, Desika, kepada detikcom, Sabtu (1/3/2025).
Kanker rektum merupakan tumor ganas yang berupa massa polipoid besar pada rektum. Terkait usia yang muda, kanker rektum bisa jadi dipicu beberapa hal seperti faktor genetik dan mutasi DNA, gaya hidup tidak sehat, serta riwayat keluarga.
Spesialis onkologi Dr dr Andhika Rachman SpPD-KHOM juga menyebut berapa faktor genetik dan mutasi DNA seperti sindrom Lynch (kelainan genetik bawaan) dan mutasi pada gen perbaikan DNA bisa memicu pertumbuhan sel kanker di usia muda.
"Jika ada keluarga dekat yang memiliki kanker rektum atau kanker kolorektal sebelum usia 50 tahun, risiko juga akan meningkat," kata dr Andhika ketika dihubungi detikcom, Sabtu (1/3/2025).
Di samping itu juga ada pengaruh dari gaya hidup. Di antaranya pola makan tinggi lemak, rendah serat, obesitas, kekurangan fisik, merokok, serta konsumsi alkohol secara berlebihan yang berkaitan dengan kanker restum.
"Konsumsi makanan ultra-proses, tinggi daging merah, dan rendah serat bisa meningkatkan risiko kanker rektum. Kelebihan berat badan dan gaya hidup sedentari (kurang gerak) dapat memicu peradangan kronis dan gangguan metabolisme yang berkontribusi terhadap kanker," ucapnya.
Dikutip dari laman WHO, kanker rektum sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Pemeriksaan rutin penting dilakukan untuk mendeteksi penyakit ini sejak dini dan memulai pengobatan.
Gejala umum meliputi:
- perubahan kebiasaan buang air besar seperti diare, sembelit, atau penyempitan tinja
- darah dalam tinja (perdarahan rektal), baik berwarna merah terang atau gelap dan seperti tar
- kram perut, nyeri, atau kembung yang tidak kunjung hilang
- penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan yang terjadi secara tiba-tiba dan kehilangan berat badan tanpa usaha
- merasa terus-menerus lelah dan kekurangan energi, meskipun sudah cukup istirahat
- anemia defisiensi zat besi akibat pendarahan kronis, yang menyebabkan kelelahan, kelemahan, dan pucat.
Simak Video "Video: Ketua YKPI soal Banyak Pasien Kanker Pilih Pengobatan Alternatif"
(kna/kna)