China tengah menghadapi lonjakan kasus influenza dalam beberapa minggu terakhir. Rumah sakit di sejumlah kota mulai kewalahan menangani pasien, terutama anak-anak.
Kasus influenza meningkat di berbagai wilayah, mulai dari Beijing, Tianjin, Hebei, Henan, Guangdong, Fujian, Shandong, dan Shanxi. Kekhawatiran publik semakin besar setelah Peng Zhibin, peneliti di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Partai Komunis China, mengungkapkan tingkat infeksi semakin melonjak pada akhir November 2025.
Rumah Sakit Penuh, Anak-anak Mengantre di Koridor
Unggahan di media sosial China memperlihatkan antrean panjang pasien anak yang menunggu diperiksa. Ruang tunggu rumah sakit bahkan meluap hingga ke koridor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seorang pengguna media sosial menggambarkan situasi di Rumah Sakit Anak Beijing pada 23 November malam. Ia mengatakan tiba di rumah sakit pukul 20.00 dan baru selesai pukul 01.00.
"Flu akhir-akhir ini sangat mengerikan," katanya yang dikutip dari Mirror UK.
Data dari Alibaba Health menunjukkan pembelian obat antivirus influenza melonjak hingga 500 persen pada periode 10-21 November. Kenaikan kasus ini memicu kekhawatiran akan penyebaran yang lebih luas.
China Central Television (CCTV) dan China CDC melaporkan bahwa 17 provinsi saat ini mengalami tingkat aktivitas influenza yang tinggi. Beijing CDC menyebut aktivitas influenza di sana telah mencapai puncaknya, tetapi laju peningkatannya mulai melambat.
Penyebab Utama Wabah Influenza A
Direktur Institut Pengendalian Penyakit Menular dan Endemik di CDC Beijing Dr Zhang Datao mengonfirmasi bahwa Influenza A, khususnya strain H3N2, menjadi penyebab utama lonjakan kasus. Ia menyebut tidak ada penyakit pernapasan lain yang mendominasi selain virus ini.
Kebanyakan pasien adalah anak usia 5-14 tahun, dengan banyak kasus yang muncul di lingkungan sekolah dan pusat penitipan anak. Otoritas setempat melaporkan satu anak meninggal akibat infeksi influenza A.
Virus ini menular lewat udara dan menyebabkan gejala seperti demam tinggi, penurunan nafsu makan, dan nyeri tubuh. Pada kasus yang berat, infeksi dapat berkembang menjadi pneumonia yang berpotensi fatal, terutama untuk kelompok rentan atau orang dengan imunitas yang lemah.
Dr Zhang menambahkan virus ini rentan bermutasi, sehingga menyebabkan wabah musiman setiap tahun. Tetapi, ia menegaskan, tidak ada tanda-tanda virus ini menjadi lebih ganas.
Pemerintah Perluas Akses Layanan Kesehatan
Menanggapi situasi yang memburuk, Komisi Kesehatan Nasional China meminta pemerintah daerah memperluas layanan medis. Langkah yang dilakukan meliputi:
- Menambah kuota janji temu rawat jalan.
- Memperpanjang jam operasional klinik.
- Membuka layanan malam dan akhir pekan.
- Mendirikan klinik tambahan dengan jam yang lebih fleksibel.
Upaya ini dilakukan untuk mengurangi kepadatan rumah sakit dan memastikan pasien influenza, terutama anak-anak, mendapatkan perawatan secepat mungkin. Pihak CDC dan pemerintah China menegaskan bahwa hingga kini tidak ditemukan mutasi besar pada virus H3N2.
Meski begitu, masyarakat diminta tetap waspada mengingat angka infeksi masih tinggi di banyak wilayah.
Saksikan Live DetikSore:











































