Obesitas Sentral Juga Hantui 'Gen Alpha' di RI, Ini Wanti-wanti Kemenkes

Obesitas Sentral Juga Hantui 'Gen Alpha' di RI, Ini Wanti-wanti Kemenkes

Nafilah Sri Sagita K - detikHealth
Jumat, 16 Mei 2025 10:19 WIB
Obesitas Sentral Juga Hantui Gen Alpha di RI, Ini Wanti-wanti Kemenkes
Ilustrasi obesitas pada anak (Foto: Pradita Utama)
Jakarta -

Seloroh viral Menkes Budi soal ukuran celana jeans pria di atas 33 'menghadap Allah lebih cepat' sebetulnya menggambarkan peningkatan kasus signifikan obesitas sentral setiap tahun. Pada 2007 prevalensinya 'hanya' berkisar 18 persen, meningkat hampir dua kali lipat di 2023 yakni mencapai 36,8 persen.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi bahkan mewanti-wanti risiko obesitas yang mulai banyak mengintai kelompok anak. Tidak hanya terjadi pada usia dewasa.

"Permasalahan lain juga overweight sama obesitas pada anak-anak juga besar. Bukan hanya pada kelompok tadi usia dewasa tapi juga pada anak-anak, kita sudah mengalami permasalahan tersebut," terang dr Nadia saat dihubungi detikcom Kamis (15/5/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan pemantauan data Riskesdas 2013 hingga survei kesehatan indonesia (SKI) 2023, prevalensi overweight atau berat badan berlebih juga obesitas pada anak meningkat cukup signifikan. Catatan overweight dari 10,8 persen menjadi 11,9 persen pada 2023.

Tren peningkatan obesitas anak di dunia bahkan mencapai 20 persen pada 2022 menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

ADVERTISEMENT

"Bisa dibayangkan kalau kemudian overweight, obesitas, obesitas sentral pada anak-anak itu terjadi begitu."

Obesitas terjadi karena dampak dari pola makan juga aktivitas fisik. Sejalan dengan catatan SKI 2023, semakin banyak warga Indonesia yang kurang melakukan aktivitas fisik, yakni 37, persen. Mirisnya, 96,7 persen masyarakat di Indonesia juga kurang makan buah dan sayur.

Laporan ini terus meningkat dalam tiga tahun terakhir. Belum lagi bila melihat faktor risiko lain seperti konsumsi tinggi gula, garam, dan lemak yang berperan besar.

Rata-rata nasional saat ini 5,5 persen masyarakat Indonesia mengonsumsi lebih dari 50 gram per hari, atau di atas 4 sendok makan batas maksimal. Sebanyak 53,5 persen masyarakat Indonesia juga mengonsumsi garam di atas satu sendok teh setiap hari atau 2.000 mg per hari.

Begitu pula dengan konsumsi lemak, 24 persen masyarakat Indonesia terbiasa mengonsumsi di atas lima sendok makan atau 67 gram per hari, melampaui batas anjuran.

"Kalau digabung ketiganya, 28,7 persen masyarakat mengonsumsi GGL di atas yang dianjurkan," kata dr Nadia.

"Apalagi kalau kita berbicara mengenai bonus demografi di 2045. Saat ini saja sudah 20 persen anak usia 5-12 tahun tadi dengan overweight atau obesitas. Dengan tren yang terus meningkat, ini perlu kita waspadai," lanjutnya.

NEXT: Pencegahan

Sedikitnya dua hal yang perlu dilakukan menurut dr Nadia adalah memperbanyak aktivitas fisik juga mengatur pola makan sesuai dengan kebutuhan. Sebisa mungkin mulai mengurangi kandungan tinggi GGL.

Hal yang tak kalah penting dilakukan adalah pemeriksaan kesehatan rutin yang kini bisa dilakukan secara gratis di puskesmas terdekat.

"Jangan lupa harus cek kesehatan, juga hindari gaya hidup sedentary," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(naf/up)
Risiko Fatal di Balik Ukuran Jeans
20 Konten
Seloroh Menkes Budi Gunadi Sadikin tentang ukuran jeans viral di mana-mana. Menurutnya, pria dengan ukuran jeans di atas 32 lebih cepat 'menghadap Allah'.

Berita Terkait