Menteri Pertahanan Sjafrie Samsoeddin mendatangi Kantor Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, Selasa (20/5/2025). Dalam pertemuan tersebut, terbuka diskusi terkait kemungkinan hasil produksi obat dari TNI ke depan akan dipakai untuk masyarakat umum.
Meski begitu, MoU masih dalam tahap wacana. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) Prof Taruna Ikrar belum memastikan kapan persisnya MoU disepakati.
Taruna menyebut bantuan produksi obat dari TNI akan meliputi obat-obatan tuberkulosis (TBC) dan malaria.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Langkah ini disebut sebagai bagian dari upaya membangun kemandirian farmasi nasional. Mengingat, bahan baku obat di Indonesia hampir 90 persen masih impor.
Kesepakatan melibatkan TNI dalam produksi dan distribusi obat menurut Prof Taruna tidak perlu dipersoalkan. Menurutnya, kerja sama ini sama dengan apa yang dilakukan selama ini dengan berbagai kementerian, seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian BUMN, Kementerian Kelautan, hingga Kementerian Perindustrian.
Masyarakat menurutnya tidak perlu khawatir dengan keamanan maupun efektivitas obat produksi TNI. Sebab, BPOM akan terus mengawal proses hingga distribusinya.
Terlebih, selama ini BPOM RI sebetulnya sudah memberikan beberapa izin terkait obat produksi TNI dari lembaga farmasi.
Berdasarkan pantauan detikcom di laman Cek BPOM RI, beberapa obat yang sudah mengantongi izin edar dari lembaga farmasi angkatan darat, udara, maupun laut mencapai lebih dari 10 obat.
Misalnya paracetamol yang diproduksi lembaga farmasi AL Drs Mochammad Kamal. Adapula Ponstad produksi Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat.
"Ya, kan sebetulnya sekarang ini TNI sudah ada obat. Baik yang diproduksi misalnya beberapa obat untuk kebutuhan pasukan, dan lain-lain," kata Taruna dalam konferensi pers Selasa (20/5/2025).
"Nah Kementerian Pertahanan ingin berkontribusi kesehatan, dengan obat-obatan, nantinya bisa diberikan ke masyarakat," lanjut dia.
TNI disebutnya memiliki lembaga farmasi yang sudah sesuai standar dalam memproduksi dan mengembangkan beberapa obat.
"Jadi contohnya hubungannya dengan obat-obatnya. Mungkin nanti akan dibantu hubungannya dengan obat-obat tuberkulosis."
"Atau juga untuk malaria, kenapa? Karena malaria masih endemi. Dan beberapa obat-obat lain, misalnya obat-obat untuk keluhan panas, obat anti inflamasi. Jadi intinya item-nya banyak, tidak bisa saya sebutkan satu-satu," pungkasnya.
(naf/up)











































