Gaya hidup dan pola makan yang tak sehat itu memicu penyakit batu empedu atau Kolelitiasis (Cholelithiasis) yakni pengerasan cairan empedu di dalam kantung empedu, yang disebabkan oleh endapan kolesterol yang mengeras dan membentuk batu. Batu empedu sendiri memiliki beberapa jenis seperti batu kolesterol, batu pigmen, dan batu campuran (mixed stone).
Lebih lanjut, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hati dan Saluran Cerna di Mayapada Hospital Kuningan, Dr. dr. Kaka Renaldi, SpPD-KGEH, FINASM, menjelaskan batu empedu memiliki gejala seperti nyeri tajam di perut kanan atas atau di bawah tulang rusuk kanan, kembung, mual dan muntah setelah makan berlemak.
"Pada kasus lanjut, dapat terjadi penurunan nafsu makan, berat badan turun tanpa sebab, urin berwarna gelap, serta kulit dan mata yang menguning," ungkap dr. Kaka dalam keterangan tertulis, Minggu (22/6/2025).
Batu empedu ringan umumnya dapat diatasi dengan obat-obatan, namun dr.Kaka mengungkapkan jika batu empedu sudah menyumbat saluran empedu, diperlukan tindakan medis untuk mencegah komplikasi.
"Salah satunya melalui Kolesistektomi atau operasi pengangkatan kantung empedu yang kini dapat dilakukan dengan teknik Laparoskopi Kolesistektomi, yang minim risiko infeksi dan perdarahan, serta proses penyembuhan yang lebih cepat," ujarnya.
Prosedur tersebut dijelaskan oleh Dokter Spesialis Bedah Digestif Konsultan Bedah Digestif di Mayapada Hospital Surabaya, dr. Anita Hartono, Sp.B-KBD. Ia menjelaskan teknik Laparoskopi Kolesistektomi merupakan teknik minim sayatan yang membutuhkan satu hingga empat sayatan kecil saja.
"Teknik Laparoskopi Kolesistektomi adalah teknik minimal invasif (minim sayatan) yang membutuhkan satu hingga empat sayatan kecil berukuran 0,5 cm sampai 1,2 cm di area perut untuk memasukkan peralatan bedah yang dilengkapi kamera," jelas dr. Anita.
Tak hanya Laparoskopi Kolesistektomi, ada pula teknik Single Incision Laparoscopic Surgery (SILS) atau bedah laparoskopi sayatan tunggal. dr. Anita mengatakan SILS adalah teknik operasi yang hanya membutuhkan satu sayatan kecil.
"Jika dibandingkan dengan teknik laparoskopi biasa, SILS memiliki keunggulan dalam hal estetika, karena bekas sayatan lebih minimal serta dapat mengurangi rasa nyeri pasca-operasi," ungkap dr. Anita.
Namun, semua penanganan tersebut perlu dikonsultasikan ke dokter terlebih dahulu seperti dr. Kaka, dr.Anita, yang berpraktik di layanan Gastrohepatology Center Mayapada Hospital, khusus untuk penanganan gangguan saluran pencernaan seperti masalah pada hati, empedu, pankreas, usus, termasuk pada kasus kanker. Apalagi, batu empedu banyak dipicu oleh gaya hidup dan pola makan tidak sehat, sehingga penting pula untuk melakukan skrining pencernaan sejak dini sebagai langkah pencegahan.
Gastrohepatology Center Mayapada Hospital memiliki layanan skrining, diagnosis, hingga pembedahan minim sayatan dengan fasilitas medis yang canggih, serta tim dokter multidisiplin yang dapat memberikan penanganan terbaik dengan metode terkini. Layanan skrining dapat diakses dengan mudah melalui aplikasi MyCare milik Mayapada Hospital. Aplikasi ini juga memberikan ragam edukasi kesehatan dari tim dokter dan info layanan kesehatan di Mayapada Hospital pada fitur Health Articles & Tips.
Untuk menerapkan gaya hidup sehat, MyCare dapat membantu memantau aktivitas kebugaran tubuh melalui fitur Personal Health yang dapat menghitung detak jantung, jumlah langkah harian, jumlah kalori terbakar, dan Body Mass Index (BMI). Masih banyak fitur lainnya yang memudah pasien untuk mengakses layanan kesehatan di Mayapada Hospital, segera unduh MyCare di Google Play Store dan App Store dan dapatkan bonus reward point untuk potongan harga berbagai layanan di seluruh unit Mayapada Hospital.
Simak Video "Video: Update dari Raffi Ahmad soal Operasi Batu Empedu Fahmi Bo"
(akn/ega)