Penjelasan Lengkap Ahli Forensik Brasil soal Hasil Autopsi Kedua Juliana Marins

Penjelasan Lengkap Ahli Forensik Brasil soal Hasil Autopsi Kedua Juliana Marins

Khadijah Nur Azizah - detikHealth
Sabtu, 12 Jul 2025 08:29 WIB
Penjelasan Lengkap Ahli Forensik Brasil soal Hasil Autopsi Kedua Juliana Marins
Jenazah Juliana Marins di Brasil. (Foto: REUTERS/Ricardo Moraes)
Jakarta -

Pendaki asal Brasil, Juliana Marins meninggal dunia setelah terjatuh di jurang Gunung Rinjani. Hasil autopsi kedua oleh tim forensik Brasil menyatakan Juliana Marins meninggal akibat beberapa trauma karena terjatuh dari ketinggian.

Menurut Reginaldo Franklin, seorang dokter forensik di Kepolisian Sipil Rio de Jeneiro Brasil, Juliana meninggal 32 jam setelah terjatuh pertama kali. Perkiraan waktunya adalah tengah hari tanggal 22 Juni.

"Larva ditemukan di kulit kepala dan dada Juliana. Kami berkonsultasi dengan dokter forensik yang menjadi rujukan dalam studi kasus ini dan, berdasarkan biologi serangga dan waktu yang dibutuhkan serangga tersebut untuk mencapai ukuran tersebut, kami menghitung waktu secara retroaktif," kata Franklin dikutip dari O Globo, Sabtu (12/7/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Beginilah cara kami memperkirakan waktu kematian, yang kemungkinan terjadi tengah hari tanggal 22 Juni, waktu Indonesia. Setelah terjatuh terakhir yang lebih kuat, ia meninggal dalam waktu 15 menit," kata dokter forensik tersebut.

ADVERTISEMENT

Atas permintaan keluarga Juliana, jenazahnya menjalani autopsi ulang di Institut Medis Forensik Rio de Janeiro. Menurut para ahli forensik Brasil, mustahil untuk menentukan tanggal kematian secara akurat karena kondisi jenazah saat tiba di Brasil.

Meskipun demikian, para ahli mengonfirmasi penyebab kematian: perdarahan internal yang disebabkan oleh cedera multiorgan akibat beberapa trauma, sesuai dengan benturan berenergi kinetik tinggi, yang umum terjadi pada jatuh dari ketinggian.

Foto rontgen yang diambil di Brasil menunjukkan fraktur pada tulang rusuk, tulang paha, dan panggul, yang menyebabkan pendarahan hebat. Pukulan lateral mengenai organ dalam, menyebabkan memar ginjal dan laserasi hati, yang menyebabkan kerusakan struktural pada visera dan perdarahan internal.

Laporan tersebut juga mengungkapkan adanya memar di dada, paru-paru yang tertusuk oleh salah satu tulang rusuk, dan bukti pendarahan di dasar tengkorak.

"Kami melihat tanda-tanda tarikan, yang menunjukkan arah luncuran. Hingga saat itu, tidak ada gangguan pada saluran pernapasan internal. Cedera yang menyebabkan kematian disebabkan oleh benturan kinetik tinggi. Hal ini terlihat dari hebatnya cedera tersebut," kata Franklin.

Juliana jatuh 220 meter dari jalur saat jatuh pertama kali. Ia kemudian meluncur 60 meter lagi. Namun, ia hanya ditemukan 650 meter dari tempatnya jatuh.

Dokumen Brasil juga mengesampingkan kemungkinan bertahan hidup lebih lama setelah benturan keras. Penilaian koroner IML menunjukkan bahwa Juliana bertahan hidup maksimal 15 menit setelah jatuh.

Menurut laporan forensik yang dilakukan di Indonesia, kematian perempuan Brasil tersebut terjadi antara pukul 01.15 tanggal 23 Juni dan 01.15 tanggal 24 Juni. Jenazahnya baru ditemukan pada malam tanggal 24 oleh relawan Basarnas-Badan SAR Nasional Indonesia-dan ditemukan sekitar 600 meter di bawah jejak awal.

Halaman 2 dari 2
(kna/kna)

Berita Terkait