Belakangan media sosial diramaikan oleh unggahan seorang ibu hamil yang membagikan vlog memasak dengan anggaran hanya Rp 10 ribu per hari. Lebih mengejutkan lagi, dari uang belanja tersebut, ia masih bisa menabung.
Video itu pun menuai pro dan kontra. Sebagian warganet menilai Rp 10 ribu cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari, sementara yang lain menyoroti sisi kelam di baliknya.
Bagi mereka yang setuju, uang Rp 10 ribu dinilai cukup untuk membeli bahan sederhana seperti tempe dan kangkung sebagai menu harian. Namun, pihak yang menolak berpendapat jumlah tersebut tidak realistis, apalagi jika memperhitungkan kebutuhan lain seperti listrik, gas, serta bumbu pelengkap masakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Spesialis gizi klinik dr Ardian Sandhi Pramesti, SpGK menjelaskan, dari sisi gizi, anggaran Rp 10 ribu per hari memang mungkin saja digunakan untuk sekali makan satu orang, tetapi sangat terbatas dan bergantung pada pilihan bahan pangan murah serta lokasi tempat tinggal.
Namun, jika jumlah tersebut digunakan untuk memenuhi tiga kali makan dalam sehari, tantangannya jauh lebih besar. Harga bahan makanan pokok seperti beras, sayuran, dan sumber protein kini meningkat akibat inflasi pangan di Indonesia.
Kondisi ini, lanjutnya, sering kali memaksa seseorang untuk mengorbankan keragaman nutrisi, dengan menu yang cenderung monoton, rendah protein hewani berkualitas, serta minim vitamin dan mineral dari buah.
"Seharusnya memenuhi AKG harian (sekitar 1500-2000 kalori untuk dewasa, dengan 15-20% protein, 50-60% karbohidrat, dan sisanya lemak sehat plus mikronutrien). Sehingga jika pola makan dengan budget Rp10.000 sehari berlangsung terus menerus, ada risiko malnutrisi yang signifikan, terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak, ibu hamil, atau balita," ucapnya saat dihubungi detikcom, Kamis (9/10/2025).
Menurut dr Ardian, rendahnya keragaman pangan, misalnya terlalu bergantung pada nasi dan sayur murah tanpa tambahan protein hewani, dapat menyebabkan defisiensi vitamin A, zat besi, dan zinc. Terlebih pada ibu hamil dan menyusui, kekurangan asupan gizi dapat meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat badan rendah, yang memiliki risiko stunting 1,6 kali lebih besar.
Selain stunting, kondisi gizi buruk juga bisa memicu wasting (penurunan berat badan akut), gangguan kognitif, dan penurunan imunitas yang dapat meningkatkan infeksi seperti diare yang memperburuk kondisi malnutrisi.
"Berhemat memang baik dan bijak, namun jangan sampai mengorbankan kesehatan gizi keluarga, karena investasi pada nutrisi hari ini mencegah biaya pengobatan yang lebih besar di masa depan," imbuhnya lagi.
Simak Video "Video: Studi BRIN Sebut Pola Makan Anak Indonesia Jauh dari Gizi Seimbang"
[Gambas:Video 20detik]
(suc/up)











































