American Psychological Association (APA) mengungkapkan fitur-fitur media sosial seperti scrolling terus menerus dan notifikasi tanpa henti sangat berisiko bagi remaja. Otak anak muda yang masih berkembang membuat mereka sulit melepaskan diri dari pengalaman adiktif dan lebih sensitif terhadap gangguan.
"Platform-platform ini tampaknya dibuat untuk membuat anak-anak terus terlibat selama mungkin. Dan anak-anak tidak mampu menahan impuls itu seefektif orang dewasa," kata Mitch Prinstein, kepala sains APA, dikutip dari NBCNews, Jumat (14/11/2025).
"Fakta bahwa hal ini mengganggu interaksi langsung mereka, waktu yang seharusnya dipakai untuk belajar, dan yang paling penting, tidur mereka, membawa dampak serius," sambungnya menambahkan lebih dari separuh remaja melaporkan setidaknya satu gejala ketergantungan klinis pada media sosial.
Prinstein menyarankan perusahaan teknologi untuk mengubah pengalaman default akun anak, misalnya mematikan fungsi scrolling tanpa henti atau notifikasi. Selain efek kecanduan, ia juga mendorong perlindungan yang lebih baik pada remaja terhadap perundungan siber dan ujaran kebencian.
"Meskipun beberapa platform mencoba melakukan perubahan kecil, itu masih belum memadai untuk memastikan anak-anak aman," sambungnya.
Meskin tanggung jawab utama ada pada perusahaan teknologi, Prinstein mengungkapkan orang tua bisa terlibat. Ia merekomendasikan agar orang tua bisa menghentikan penggunaan gadget di rumah maksimal pukul 9 malam.
Ini akan membuat anak dan orang tua, mendapat tidur yang cukup. Terlebih tidak ada dampak buruk berkaitan dengan membatasi penggunaan media sosial.
"Kami tidak punya data yang menunjukkan bahwa anak akan mengalami dampak buruk jika penggunaan media sosial mereka ditunda, atau dibatasi setengah jam hingga satu jam per hari," tandasnya.
(avk/kna)