Gaduh Polemik 'Rahim Copot' Bikin Sesama Dokter pada Ribut

Round Up

Gaduh Polemik 'Rahim Copot' Bikin Sesama Dokter pada Ribut

Devandra Abi Prasetyo - detikHealth
Selasa, 18 Nov 2025 06:01 WIB
Gaduh Polemik Rahim Copot Bikin Sesama Dokter pada Ribut
Foto: Dok. detikHealth
Jakarta -

Kasus 'rahim copot' diceritakan influencer kesehatan, dr Gia Pratama, viral di media sosial. Niatnya mau edukasi, dr Gia yang hanya menceritakan pengalaman praktiknya di masa lalu itu malah menuai kontroversi.

Beberapa dokter spesialis obstetri dan ginekologi (obsgyn) atau kebidanan dan kandungan, membuat narasi tandingan dengan nada meragukan cerita tersebut. Disebut-sebut, rahim hampir tidak mungkin copot karena strukturnya sangat kuat. Kondisi yang paling mendekati adalah inversio uteri, yakni rahim terbalik yang bisa dikembalikan lagi ke posisi semula.

Narasi tandingan tersebut rupanya jadi bumerang bagi para dokter spesialis. Terlebih muncul cerita lain, bahwa dr Gia pada saat itu menangani kasus 'rahim copot' bersama seorang dokter obsgyn senior, yang saat itu masih residen atau pendidikan calon dokter spesialis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cerita terbaru ini menguatkan cerita dr Gia, bahwa rahim copot benar-benar terjadi. Mereka makin meyakini, dalam kasus yang ditangani dr Gia, rahim literally copot, bukan cuma terbalik seperti digambarkan oleh para ogsbyn sebagai iversio uteri.

Menanggapi kegaduhan yang terjadi, Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Prof Budi Wiweko, SpOG(K) mengingatkan para tenaga medis untuk mengikuti panduan yang telah ada dalam memberikan informasi ke masyarakat.

ADVERTISEMENT

"Dalam memberikan informasi di media sosial, prinsipnya kita menjunjung tinggi aspek etik, profesionalisme, dan kompetensi di bidang kedokteran, sehingga edukasi yang disampaikan bermanfaat bagi masyarakat," kata Prof Budi saat dihubungi detikcom Senin (17/11/2025).

Informasi yang jelas dan sesuai panduan, lanjut Prof Budi dapat memberikan manfaat seperti menambah pengetahuan masyarakat terkait ilmu obgyn, baik 'rahim copot' maupun inversio uteri.

"Tentu kan tujuannya mencegah, jangan sampai terjadi setelah persalinan akibat plasenta ditarik paksa. Itu bisa berbahaya, bisa terjadi inversio uteri dan bisa menyebabkan kematian," tegasnya.

Menurut Prof Budi, tenaga medis memang memiliki tugas untuk menyampaikan informasi, sesuai dengan kapasitas mereka dengan benar dan jelas.

"Tidak untuk menyalahkan, tidak untuk menjelekkan, tidak untuk buat bingung masyarakat. Yang jelas, bila ingin menyampaikan sesuatu di media sosial, sampaikan informasi yang bermanfaat," katanya.

Awal Mula Cerita 'Rahim Copot'

Sebelumnya, dr Gia menjelaskan bahwa ada seorang pria datang ke IGD RSUD saat ia tengah berjaga, membawa sekantong kresek. Setelah dilihat, diyakini dr Gia, yang dibawanya merupakan rahim.

Menurut dr Gia, hal itu terjadi pascapersalinan ibu dengan dukun beranak yang menarik paksa plasenta. Padahal, plasenta bisa lahir dengan sendirinya dalam waktu tertentu.

Dari cerita tersebut, Prof Budi mengatakan bahwa ada kondisi tertentu yang membuat proses pengeluaran plasenta tidak selalu sederhana.

Plasenta bisa melekat terlalu kuat (akreta, inkreta, perkreta) dan dalam beberapa kasus memerlukan tindakan manual hingga operasi atau pengangkatan rahim.

Intervensi yang terlalu agresif juga bisa menyebabkan komplikasi fatal seperti inversio uteri, ketika rahim terbalik dan tertarik keluar melalui vagina.

"Itu kondisi yang sangat berbahaya. Bisa menyebabkan perdarahan hebat, syok, bahkan meninggal dunia," jelasnya.

Terkait cerita ini, Prof Budi tidak ingin berkomentar lebih lanjut. Pasalnya, dirinya tidak melihat langsung kondisi pasien, sehingga tidak dapat dipastikan apa yang sebenarnya terjadi.

Di tengah perdebatan yang dinilai semakin 'liar' di media sosial, Prof Budi mengajak semua tenaga kesehatan menjaga profesionalisme publik. Prof Budi menegaskan bahwa pembahasan medis harus kembali ke tujuan utamanya, meningkatkan edukasi dan mencegah kejadian serupa.

"Yang penting itu keselamatan ibu. Kita ingin masyarakat mendapatkan informasi yang benar, bukan yang membingungkan. Dan tugas dokter adalah memberikan itu dengan cara yang profesional," tutupnya.

Simak juga Video 'Apakah AI Bisa Menggantikan Peran Dokter?':

Halaman 2 dari 3
(dpy/up)
Ribut Sesama Dokter soal Rahim Copot
13 Konten
Polemik kasus viral 'rahim copot' meluas. Tidak adanya dokumentasi formal dan ilmiah membuat sebagian dokter senior meragukan kasus tersebut, dan mengaitkannya dengan kondisi yang lebih mungkin terjadi: inversio uteri.

Berita Terkait