Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini menyusul peningkatan status Bibit Siklon Tropis 97S, yang saat ini terpantau di Laut Timor selatan Kepulauan Babar, Tanimbar. Sistem ini masuk kategori peluang tinggi untuk berkembang menjadi siklon tropis dalam 24 hingga 72 jam ke depan, sehingga memicu potensi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Indonesia timur.
Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani meminta masyarakat tetap waspada, terutama terhadap potensi hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi, tetapi mengimbau agar tidak panik berlebihan.
"BMKG memantau perkembangan 97S setiap saat. Masyarakat tidak perlu cemas, kuncinya tetap waspada dan terus memantau informasi resmi. Hindari penyebaran informasi yang belum terverifikasi," ujarnya, Selasa (18/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan pusat sirkulasi 97S berada di sekitar 10.0°LS-130.6°BT, dengan struktur yang semakin menguat dan perluasan awan menutupi lebih dari setengah lingkaran pusat sistem. Kondisi laut dan atmosfer yang hangat dan lembap, termasuk suhu muka laut 28 hingga 30°C serta aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO), disebut sangat mendukung penguatan bibit ini menjadi siklon tropis.
Dalam 72 jam mendatang, bibit ini diprediksi berkembang menjadi siklon tropis dengan potensi kecepatan angin mencapai 50 knot, bergerak ke timur, timur laut sebelum berbelok ke tenggara.
Wilayah Berpotensi Terdampak Cuaca Ekstrem
BMKG memetakan sejumlah potensi dampak cuaca dalam 24 jam ke depan:
1. Hujan Lebat-Sangat Lebat
Maluku
2. Hujan Sedang-Lebat
Nusa Tenggara Timur (NTT)
3. Gelombang Tinggi
2.5 hingga 4 meter: Laut Arafura bagian barat-tengah
1.25 hingga 2.5 meter:
Samudra Hindia selatan NTT
Perairan selatan NTT
Laut Sawu
Perairan Kepulauan Leti-Tanimbar
Laut Banda
Imbauan untuk Masyarakat Berisiko
Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, meminta pemerintah daerah meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi genangan, banjir pesisir, gangguan transportasi laut, hingga kerusakan infrastruktur. Nelayan dan kapal kecil disarankan menunda pelayaran melewati perairan terdampak gelombang tinggi.
"BMKG melalui TCWC Jakarta melakukan pemantauan intensif selama 24 jam penuh. Masyarakat diimbau hanya mengikuti informasi resmi BMKG," tegasnya.
(naf/kna)











































