Pria Lebih Berisiko Alami Kanker Otak Akibat Polusi Udara, Ini Risetnya

Pria Lebih Berisiko Alami Kanker Otak Akibat Polusi Udara, Ini Risetnya

Devandra Abi Prasetyo - detikHealth
Minggu, 14 Des 2025 07:01 WIB
Pria Lebih Berisiko Alami Kanker Otak Akibat Polusi Udara, Ini Risetnya
Ilustrasi (Foto: Getty Images/alvarez)
Jakarta -

Penelitian yang dipublikasikan di PubMed Central menemukan bahwa menghirup polutan udara umum dalam jangka panjang, termasuk benzena, ozon, partikel debu, dan nitrogen oksida, dapat meningkatkan risiko kanker otak ganas dan meningioma. Laki-laki, lebih berisiko mengalami kondisi ini daripada perempuan.

Dikutip dari Times of India, para ilmuwan mengumpulkan data dari lebih dari 100.000 pria dan wanita yang sebagian besar tinggal di Los Angeles dan mengamati tingkat polusi selama 20 tahun. Ini sebagai riset untuk mengamati apakah polutan lebih berbahaya ke kelompok tertentu.

Investigasi tersebut mengungkapkan bahwa paparan benzena dan PM10 meningkatkan risiko kanker otak, namun hal ini hanya berlaku pada pria. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa paparan ozon berkorelasi dengan risiko meningioma pada pria. Namun, tetap diperlukan konfirmasi lebih lanjut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengapa Pria Lebih Berisiko?

Ada beberapa alasan yang diuraikan oleh penelitian tersebut. Misalnya, penelitian itu mengutip eksperimen di mana hewan jantan mengalami aktivasi mikroglia, stres oksidatif, dan neuroinflamasi yang lebih besar sebagai akibat dari polutan udara dibandingkan hewan betina.

ADVERTISEMENT

Selain itu, perbedaan dalam jalur antioksidan yang terkait hormon dan aktivitas penekan tumor mungkin juga berperan. Model biologis ini sesuai dengan kanker otak ganas yang memiliki insiden umum lebih tinggi dan tingkat kelangsungan hidup lebih rendah pada pria.


Kekuatan dan Keterbatasan Penelitian

Keunggulan dari penelitian ini adalah peneliti menggunakan sampel yang besar, durasi tindak lanjut yang panjang, penilaian paparan yang terperinci, inklusi berbagai kelompok as dan etnis, serta penggunaan data registri kanker dan Medicare yang telah divalidasi.

Namun, terdapat juga beberapa keterbatasan, seperti kurangnya data paparan historis sebelum masuk kohort, kesulitan dalam memodelkan benzena secara akurat, dan keterbatasan kemampuan untuk menganalisis subtipe tumor tertentu.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video Sejumlah Penyakit Hantui Korban Bencana di Sumatera"
[Gambas:Video 20detik]
(dpy/up)

Berita Terkait