Ilmuwan Klaim Hirup Aroma Kentut Sendiri Bikin Otak Makin Sehat, Kok Bisa?

Ilmuwan Klaim Hirup Aroma Kentut Sendiri Bikin Otak Makin Sehat, Kok Bisa?

Averus Kautsar - detikHealth
Rabu, 17 Des 2025 16:06 WIB
Ilmuwan Klaim Hirup Aroma Kentut Sendiri Bikin Otak Makin Sehat, Kok Bisa?
Ilustrasi. (Foto: Istock)
Jakarta -

Mungkin ini bakal terdengar aneh dan menjijikan, tapi sebuah studi yang belum lama ini dipublikasikan menemukan kebiasaan mencium bau kentut sendiri dapat meningkatkan kesehatan otak. Bahkan, mereka menemukan efeknya sampai mencegah ke alzheimer.

Alzheimer adalah penyakit neurodegeneratif progresif yang merusak sel otak sehingga menyebabkan penurunan daya ingat, kemampuan berpikir, perilaku, dan kemandirian secara bertahap.

Peneliti di Johns Hopkins Medicine menemukan hidrogen sulfida, zat kimia yang menghasilkan bau menyengat saat seseorang kentut, mungkin dapat memperlambat penurunan kognitif sel otak. Mereka menambahkan bau tersebut juga menghambat pertumbuhan alzheimer.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Data terbaru kami dengan kuat menghubungkan penuaan, neurodegenerasi, dan sinyal sel melalui hidrogen sulfida serta molekul gas lain di dalam sel," ucap penulis studi Dr Bindu Paul, dikutip dari Unilad, Rabu (17/12/2025).

ADVERTISEMENT

Para ilmuwan mendapatkan temuan ini melalui percobaan tikus yang sudah melalui hasil rekayasa genetik. Tikus tersebut meniru penyakit Alzheimer pada manusia, lalu disuntikkan senyawa bernama NaGYY.

Senyawa NaGGY dapat melepaskan molekul gas secara perlahan ke seluruh tubuh. Setelah itu, peneliti menunggu dan melakukan tes pada tikus-tikus tersebut 12 minggu kemudian.

Mereka meneliti perubahan pada memori dan fungsi motorik, dan hasilnya mengejutkan. Keduanya meningkat hingga 50 persen dibandingkan tikus yang tidak disuntik. Tikus yang terpapar zat berbau tersebut menunjukkan daya ingat yang lebih baik, sekaligus menjadi lebih aktif secara fisik.

"Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak perilaku dari penyakit Alzheimer dapat dibalik dengan memperkenalkan hidrogen sulfida," tambah peneliti.

Tim Johns Hopkins selanjutnya akan melakukan penelitian tentang bagaimana gugus sulfur berinteraksi dengan enzim glycogen synthase kinase beta (GSK3β) dan protein lain yang terkait dengan Alzheimer. GSK3β adalah enzim kinase di dalam sel yang berperan mengatur metabolisme, sinyal sel, dan fungsi otak, serta diketahui terlibat dalam proses neurodegeneratif seperti penyakit Alzheimer.

"Memahami rangkaian peristiwa ini penting untuk merancang terapi yang dapat menghambat interaksi tersebut, seperti yang mampu dilakukan oleh hidrogen sulfida," jelas mereka.

Halaman 3 dari 2
(avk/naf)

Berita Terkait