4 Risiko Ketika Memberi Makan Bayi di Bawah Usia 6 Bulan

4 Risiko Ketika Memberi Makan Bayi di Bawah Usia 6 Bulan

Aisyah Kamaliah - detikHealth
Senin, 14 Jan 2019 16:27 WIB
4 Risiko Ketika Memberi Makan Bayi di Bawah Usia 6 Bulan
Bayi makan selain ASI di bawah usia 6 bulan, jika tidak sesuai dokter, punya banyak risiko. Foto: Thinkstock
Jakarta - Please, jangan sekali-kali memberikan makanan selain ASI pada anak di bawah usia 6 bulan. Early weaning atau menyuapi makanan sebelum bayi berusia di atas 6 bulan hanya boleh dilakukan ketika anak mengalami masalah misalnya kesulitan menaikkan berat badan atau anak yang sering infeksi.

"6 bulan bisa dibilang semua anak sudah matur sistem cernanya, 4 bulan bisa dibilang sebagian besar anak sudah matur sistem cernanya," kata dr Laurentya Olga, MPhil, PhD research fellow, dari Department of Paediatrics, University of Cambridge, Addenbrooke's Hospital, kepada detikHealth.


Berikut adalah bahayanya bila makanan diberikan terlalu dini atau tidak bertahap pada anak:

Tersedak

Foto: iStock
Hal pertama yang harus diwaspadai adalah risiko tersedak, apalagi jika makanan tersebut sudah berbentuk solid atau padat.

"Ini bisa terjadi karena anak belum bisa mengunyah atau menelan baik, atau posisi kepala anak belum bisa tegak, atau anak belum bisa mempertahankan posisi duduk yang baik untuk makan," kata dr Olga.

Gangguan pencernaan

Foto: Instagram
Ada ancaman berbagai gangguan pencernaan seperti diare atau konstipasi dikarenakan enzim-enzim (misalnya lipase untuk mencerna lemak) tertentu untuk mencerna makanan belum mencapai level yang optimal di usia bawah 4 bulan.

"Gangguan usus yang berat dan perlu operasi juga terjadi (istilahnya intususepsi, atau bahasa awamnya 'usus makan usus' karena bagian usus masuk ke dalam bagian usus sebelumnya). Ini karena gerakan peristaltik usus belum sempurna dalam memproses makanan," tuturnya.

Alergi

Foto: Thinkstock
Alergi juga patut diwaspadai. Sebab, pada bayi di bawah 6 bln, permeabilitas atau daya saring usus umumnya masih longgar.

"Hal ini dimaksudkan supaya antibodi dan hal-hal baik lainnya dari ASI bisa masuk ke aliran darah bayi. Kalau anak dikasih makan terlalu dini, protein-protein atau asam amino tertentu bisa langsung masuk ke aliran darah bayi dan dalam beberapa kasus bisa menyebabkan alergi."

Risiko obesitas

Foto: Thinkstock

Selain risiko tersedak, gangguan pencernaan dan alergi, risiko selanjutnya adalah obesitas.

"Salah satu manfaat ASI adalah mencegah risiko obesitas pada anak di masa depan sehingga kalau weaning dilakukan terlalu dini bisa meningkatkan risiko obesitas ini," tandas dr Olga.

Halaman 2 dari 5

Hal pertama yang harus diwaspadai adalah risiko tersedak, apalagi jika makanan tersebut sudah berbentuk solid atau padat.

"Ini bisa terjadi karena anak belum bisa mengunyah atau menelan baik, atau posisi kepala anak belum bisa tegak, atau anak belum bisa mempertahankan posisi duduk yang baik untuk makan," kata dr Olga.

Ada ancaman berbagai gangguan pencernaan seperti diare atau konstipasi dikarenakan enzim-enzim (misalnya lipase untuk mencerna lemak) tertentu untuk mencerna makanan belum mencapai level yang optimal di usia bawah 4 bulan.

"Gangguan usus yang berat dan perlu operasi juga terjadi (istilahnya intususepsi, atau bahasa awamnya 'usus makan usus' karena bagian usus masuk ke dalam bagian usus sebelumnya). Ini karena gerakan peristaltik usus belum sempurna dalam memproses makanan," tuturnya.

Alergi juga patut diwaspadai. Sebab, pada bayi di bawah 6 bln, permeabilitas atau daya saring usus umumnya masih longgar.

"Hal ini dimaksudkan supaya antibodi dan hal-hal baik lainnya dari ASI bisa masuk ke aliran darah bayi. Kalau anak dikasih makan terlalu dini, protein-protein atau asam amino tertentu bisa langsung masuk ke aliran darah bayi dan dalam beberapa kasus bisa menyebabkan alergi."

Selain risiko tersedak, gangguan pencernaan dan alergi, risiko selanjutnya adalah obesitas.

"Salah satu manfaat ASI adalah mencegah risiko obesitas pada anak di masa depan sehingga kalau weaning dilakukan terlalu dini bisa meningkatkan risiko obesitas ini," tandas dr Olga.

(ask/up)

Berita Terkait