Sedentary adalah sebutan untuk gaya hidup yang tidak banyak bergerak, lebih banyak waktu dihabiskan untuk duduk bermalas-malasan. Seseorang yang tidak banyak bergerak seperti ini cenderung lebih mudah gemuk. Bahkan meski sudah berolahraga, terlalu banyak duduk akan membuat olahraga tidak ada manfaatnya.
"Meski Anda olahraga tiap hari, jika sebagian besar waktu Anda habis untuk duduk-duduk, Anda masih dalam bahaya dalam arti berisiko kelebihan berat badan dan mengalami diabetes maupun penyakit jantung," kata seorang praktisi kesehatan keluarga, Dr Joel Fuhrman.
Sebuah penelitian di Center of Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan bahwa perempuan yang tidak memiliki ijazah SMA memiliki risiko obesitas 42 persen lebih besar dibanding perempuan yang lulus kuliah. Sebagain alasannya adalah bahwa tingkat pendidikan berbanding dengan status ekonominya.
"Artinya, mereka lebih cenderung membeli makanan murah, makanan cepat saji, dan biasanya banyak mengandung kalori," kata Kris Clark, seorang pakar diet dari Weight Management Dietetic Practice Group di Amerika Serikat.
Menurut sebuah penelitian tahun 2008 yang dipublikasikan di jurnal Sleep, kurang tidur berhubungan erat dengan risiko kegemukan. Pada anak-anak, tidur dikatakan kurang bila tidak durasinya lebih dari 10 jam sehari dan pada orang dewasa tidak lebih dari 5 jam sehari.
"Kurang tidur berkaitan dengan meningkatnya hormon ghrelin dan menurunnya hormon leptin. Keduanya mempengaruhi pola makan dan akhirnya memicu kenaikan berat badan," kata Dr Louis J Aronne dari New York Presbyterian Weill-Cornell Medical Center.
Kemajuan teknologi membuat anak-anak makin dekat dengan pola hidup sedentary. Bila anak-anak menghabiskan waktu 1,5 jam dalam sebulan untuk bermain video games, baik dengan konsol maupun gadget, maka risiko obesitas akan meningkat hingga 75 persen lebih besar.
"Anak-anak harus mengurangi risiko obesitas, dengan cara memilih permainan video games yang lebih banyak melibatkan gerak badan," kata Clark.
Tidak sepenuhnya salah jika dikatakan bahwa penyebab kegemukan adalah asupan karbohidrat yang berlebihan, misalnya roti dan nasi. Namun penelitian di American Journal of Clinical Nutrition menunjukkan bahwa orang-orang yang lebih banyak mengonsumsi daging merah maupun daging olahran lebih rentan mengalami kegemukan dalam waktu 5 tahun, dibandingkan yang lebih banyak mengonsumsi makanan dari tumbuh-tumbuhan.
"Bagi kebanyakan orang sehat, satu atau dua porsi makanan produk hewani tiap pekan tidak akan mengganggu kesehatan. Tapi jika lebih dari itu, justru bisa menjadi masalah," kata Fuhram.
Jika salah satu dari kedua orang tua punya riwayat obesitas, maka bakat untuk gemuk itu juga bisa diwariskan. Bukan berarti pasti akan jadi gemuk seperti orang tuanya, tetapi punya risiko lebih besar sehingga butuh upaya ekstra dibanding yang lain untuk menjaga keseimbangan antara asupan kalori dengan pembakaran kalori melalui aktivitas fisik.