Ditemui detikHealth di kantornya yang berada di kawasan Kebayoran Baru, Rita Ramayulis, DCN, MKes menyebutkan perbandingan antara diet REST dengan berbagai jenis diet penurunan berat badan, seperti ditulis pada Jumat (30/5/2014):
|
ilustrasi (Foto: Thinkstock)
|
1. Diet REST vs Diet OCD
|
ilustrasi (Foto: Thinkstock)
|
Menurut Rita, saat melakukan diet OCD seseorang seringkali harus menahan lapar selama lebih dari 12 jam. Selain itu ia juga harus berlatih. Perlu diperhatikan bahwa ketika lapar berlangsung lama dan berulang-ulang kali justru tubuh akan melakukan 'penghematan energi' dengan mencegah terjadinya pembakaran lemak, melalui penurunan basal metabolisme. Efeknya, muncul rasa lemas, lelah dan pusing.
"Selain itu, OCD jam makannya juga kan pendek, 4-6 jam. Apa bisa memenuhi seluruh kebutuhan zat gizi dalam jangka waktu tersebut? Kalau dipecah dari tubuh secara paksa pasti ada efek metabolik kan," lanjutnya.
Sementara diet REST memperbolehkan seseorang untuk makan lebih dari tiga kali sehari dalam porsi kecil, yang dapat meningkatkan basal metabolisme. Pada akhirnya kondisi ini berujung pada peningkatan kebutuhan energi, yang untuk pemenuhannya akan diambil dari pemecahan lemak.
1. Diet REST vs Diet OCD
|
ilustrasi (Foto: Thinkstock)
|
Menurut Rita, saat melakukan diet OCD seseorang seringkali harus menahan lapar selama lebih dari 12 jam. Selain itu ia juga harus berlatih. Perlu diperhatikan bahwa ketika lapar berlangsung lama dan berulang-ulang kali justru tubuh akan melakukan 'penghematan energi' dengan mencegah terjadinya pembakaran lemak, melalui penurunan basal metabolisme. Efeknya, muncul rasa lemas, lelah dan pusing.
"Selain itu, OCD jam makannya juga kan pendek, 4-6 jam. Apa bisa memenuhi seluruh kebutuhan zat gizi dalam jangka waktu tersebut? Kalau dipecah dari tubuh secara paksa pasti ada efek metabolik kan," lanjutnya.
Sementara diet REST memperbolehkan seseorang untuk makan lebih dari tiga kali sehari dalam porsi kecil, yang dapat meningkatkan basal metabolisme. Pada akhirnya kondisi ini berujung pada peningkatan kebutuhan energi, yang untuk pemenuhannya akan diambil dari pemecahan lemak.
2. Diet REST vs Food Combining
|
ilustrasi (Foto: Thinkstock)
|
"Food combining beranggapan bahwa ada jam-jam khusus untuk sistem pencernaan. Dari segi ilmiah kedokteran itu terbantahkan. Tubuh kita itu kapan saja bisa mencerna, menyerap dan eliminasi. Jadi tidak perlu dibagi-bagi seperti itu sebetulnya," pungkas dosen jurusan Gizi di Politeknik Kesehatan Jakarta II tersebut.
Prinsip food combining yang tidak sesuai dengan diet REST adalah tentang kerja enzim pencernaan. Dijelaskan dalam prinsip food combining bahwa enzim pencernaan setiap makanan berbeda sehingga tidak dianjurkan mengonsumsi makanan tertentu secara bersamaan. Menurut Rita, ini tidak masuk akal karena bisa dikatakan tidak ada makanan yang mengandung hanya satu jenis zat gizi saja, kecuali gula dan minyak.
"Yang positif dari food combining itu adalah dia mempertimbangkan keasaman bahan makanan. Jadi benar memang kalau kita terlalu sering mengonsumsi bahan makanan yang pH-nya asam seperti daging-dagingan, jeroan dan termasuk nasi jika berlebihan, maka pH tubuh kita akan asam. pH tubuh kita yang baik itu kan netral, nah kalau sudah asam itu kita jadi mudah terserang penyakit degeneratif dan mengalami penumpukan lemak," jelas Rita.
Setelah dikaji mengapa berat badan seseorang bisa dengan menerapkan diet tersebut, disebutkan Rita adalah karena orang tersebut membatasi jam makan dan jenis makanannya, sehingga otomatis energi yang masuk memang jauh berkurang. "Jadi proses penurunan berat badannya terjadi karena pembatasan energi dari yang dia butuhkan. Prinsipnya sebenarnya semuanya sama (dengan diet REST -red-)," tuturnya.
2. Diet REST vs Food Combining
|
ilustrasi (Foto: Thinkstock)
|
"Food combining beranggapan bahwa ada jam-jam khusus untuk sistem pencernaan. Dari segi ilmiah kedokteran itu terbantahkan. Tubuh kita itu kapan saja bisa mencerna, menyerap dan eliminasi. Jadi tidak perlu dibagi-bagi seperti itu sebetulnya," pungkas dosen jurusan Gizi di Politeknik Kesehatan Jakarta II tersebut.
Prinsip food combining yang tidak sesuai dengan diet REST adalah tentang kerja enzim pencernaan. Dijelaskan dalam prinsip food combining bahwa enzim pencernaan setiap makanan berbeda sehingga tidak dianjurkan mengonsumsi makanan tertentu secara bersamaan. Menurut Rita, ini tidak masuk akal karena bisa dikatakan tidak ada makanan yang mengandung hanya satu jenis zat gizi saja, kecuali gula dan minyak.
"Yang positif dari food combining itu adalah dia mempertimbangkan keasaman bahan makanan. Jadi benar memang kalau kita terlalu sering mengonsumsi bahan makanan yang pH-nya asam seperti daging-dagingan, jeroan dan termasuk nasi jika berlebihan, maka pH tubuh kita akan asam. pH tubuh kita yang baik itu kan netral, nah kalau sudah asam itu kita jadi mudah terserang penyakit degeneratif dan mengalami penumpukan lemak," jelas Rita.
Setelah dikaji mengapa berat badan seseorang bisa dengan menerapkan diet tersebut, disebutkan Rita adalah karena orang tersebut membatasi jam makan dan jenis makanannya, sehingga otomatis energi yang masuk memang jauh berkurang. "Jadi proses penurunan berat badannya terjadi karena pembatasan energi dari yang dia butuhkan. Prinsipnya sebenarnya semuanya sama (dengan diet REST -red-)," tuturnya.
3. Diet REST vs Diet Golongan Darah
|
ilustrasi (Foto: Thinkstock)
|
"Golongan darah memang belum bisa dibuktikan secara ilmiah, karena memang dikeluarkan oleh penulisnya berdasarkan pengalaman sendiri tanpa dasar ilmiah. Hal yang terbantahkan," ujar Rita.
Menurut Rita, diet golongan darah itu adalah larangan terhadap makanan tertentu. Misalnya orang-orang dengan golongan darah O dilarang makan makanan tertentu, padahal di dalam makanan tersebut ada zat yang baik. "Ada juga golongan darah tertentu yang dilarang melakukan olahraga. Kan nggak masuk akal. Dengan diet golongan darah berat badan seseorang bisa turun akibat dari banyaknya makanan yang dilarang dan otomatis energi totalnya menjadi lebih rendah," pungkasnya.
Sementara dengan diet REST, Rita menyebutkan bahwa Anda tak perlu khawatir akan mengalami kelebihan protein, karbohidrat atau lemak, karena padu padan makanannya telah mempertimbangkan kecukupan semua zat gizi.
3. Diet REST vs Diet Golongan Darah
|
ilustrasi (Foto: Thinkstock)
|
"Golongan darah memang belum bisa dibuktikan secara ilmiah, karena memang dikeluarkan oleh penulisnya berdasarkan pengalaman sendiri tanpa dasar ilmiah. Hal yang terbantahkan," ujar Rita.
Menurut Rita, diet golongan darah itu adalah larangan terhadap makanan tertentu. Misalnya orang-orang dengan golongan darah O dilarang makan makanan tertentu, padahal di dalam makanan tersebut ada zat yang baik. "Ada juga golongan darah tertentu yang dilarang melakukan olahraga. Kan nggak masuk akal. Dengan diet golongan darah berat badan seseorang bisa turun akibat dari banyaknya makanan yang dilarang dan otomatis energi totalnya menjadi lebih rendah," pungkasnya.
Sementara dengan diet REST, Rita menyebutkan bahwa Anda tak perlu khawatir akan mengalami kelebihan protein, karbohidrat atau lemak, karena padu padan makanannya telah mempertimbangkan kecukupan semua zat gizi.
4. Diet REST vs Diet General Motors
|
ilustrasi (Foto: Thinkstock)
|
Hari pertama mengonsumsi semua jenis buah kecuali pisang. Hari kedua mengonsumsi semua jenis sayuran dan kentang, tanpa mintak. Hari ketiga mengonsumsi makanan hari pertama dan kedua. Hari keempat mengonsumsi pisang, susu skim dan sayuran. Hari kelima mengonsumsi daging sapi, tomat dan sup. Hari keenam mengonsumsi daging sapi dan sayur-sayuran. Dan hari ketujuh mengonsumsi beras merah, buah dan sayur.
"Selama 7 hari melakukan diet GM, Anda tidak dapat mengonsumsi cukup lemak dan terbatas dalam mengonsumsi karbohidrat kompleks. Padahal keduanya merupakan sumber energi utama dan jika dibatasi bisa dipastikan total asupan energi menjadi sangat rendah," tulis Rita.
Jika dibandingkan dengan diet REST, sama-sama terdapat adanya pembatasan energi. Bedanya adalah pembatasan energi dalam diet REST tidak boleh melebihi 500 ckal per hari, sedangkan dalam diet GM pembatasan energinya sangat ketat.
"Karena itu diet REST dapat dijadikan gaya hidup, sedangkan diet GM hanya dapat dilakukan untuk suatu waktu tertentu saja sebagai upaya detoks untuk membersihkan zat-zat racun dalam tubuh," tutup pemilik akun Twitter @rita_ramayulis tersebut.
4. Diet REST vs Diet General Motors
|
ilustrasi (Foto: Thinkstock)
|
Hari pertama mengonsumsi semua jenis buah kecuali pisang. Hari kedua mengonsumsi semua jenis sayuran dan kentang, tanpa mintak. Hari ketiga mengonsumsi makanan hari pertama dan kedua. Hari keempat mengonsumsi pisang, susu skim dan sayuran. Hari kelima mengonsumsi daging sapi, tomat dan sup. Hari keenam mengonsumsi daging sapi dan sayur-sayuran. Dan hari ketujuh mengonsumsi beras merah, buah dan sayur.
"Selama 7 hari melakukan diet GM, Anda tidak dapat mengonsumsi cukup lemak dan terbatas dalam mengonsumsi karbohidrat kompleks. Padahal keduanya merupakan sumber energi utama dan jika dibatasi bisa dipastikan total asupan energi menjadi sangat rendah," tulis Rita.
Jika dibandingkan dengan diet REST, sama-sama terdapat adanya pembatasan energi. Bedanya adalah pembatasan energi dalam diet REST tidak boleh melebihi 500 ckal per hari, sedangkan dalam diet GM pembatasan energinya sangat ketat.
"Karena itu diet REST dapat dijadikan gaya hidup, sedangkan diet GM hanya dapat dilakukan untuk suatu waktu tertentu saja sebagai upaya detoks untuk membersihkan zat-zat racun dalam tubuh," tutup pemilik akun Twitter @rita_ramayulis tersebut.
Halaman 2 dari 10











































