5 Dampak Buruk Mengonsumsi Terlalu Banyak Protein

5 Dampak Buruk Mengonsumsi Terlalu Banyak Protein

Firdaus Anwar - detikHealth
Kamis, 10 Sep 2015 10:05 WIB
5 Dampak Buruk Mengonsumsi Terlalu Banyak Protein
Foto: Thinkstock
Jakarta - Protein biasa dicari oleh orang yang ingin membentuk tubuh karena bagus untuk otot. Namun demikian hati-hati jangan berlebih karena bisa muncul efek negatif.

Sama seperti nutrisi-nutrisi lainnya, sesuatu yang baik seperti protein bisa berubah menjadi buruk bila dikonsumsi berlebih. Metabolisme tubuh akan rusak ketika hanya satu nutrisi saja yang terpenuhi.

Dikutip dari berbagai sumber pada Kamis (10/9/2015), berikut 5 dampak buruk konsumsi protein berlebih:

1. Napas bau

Foto: Thinkstock/Stockbyte
Ketika asupan karbohidrat berkurang dan protein bertambah tinggi, tubuh akan memasuki keadaan bernama ketosis di mana lemak akan dibakar untuk dijadikan sebagai sumber energi. Hal ini dikatakan ahli diet Jessica Cording bagus untuk orang yang ingin langsing tapi akan membuat nafas bau.

Ketika tubuh membakar lemak ada senyawa bernama ketone yang baunya bisa keluar lewat mulut. Karena sumber baunya di dalam tubuh maka upaya seperti menyikat gigi dan berkumur tak bisa membantu.

2. Suasana hati galau

Foto: Dok. Death to The Stock Photo
Otak membutuhkan karbohidrat untuk membuat hormon yang mengatur suasana hati bernama serotonin. Ketika karbohidrat dihilangkan dan diganti protein maka otomatis seseorang akan lebih sulit mengendalikan emosinya.

Sebuah studi di Australia mengkonfirmasi hal ini karena mereka menemukan kelompok yang diet rendah gula lebih merasa mudah marah dibandingkan dengan kelompok diet lain meski sama-sama berat badannya turun.

3. Rusak ginjal

Foto: Thinkstock/Jana Blaskova
Tubuh yang mencerna protein akan menghasilkan produksi limbah sampingan nitrogen yang akan disaring oleh ginjal. Bila konsumsi protein biasa saja maka nitrogen ini akan dikeluarkan lewat urine dan tak ada masalah.

Namun pada kasus konsumsi protein yang terlalu banyak, ginjal akan bekerja lebih keras menyaring nitrogen keluar yang seiring berjalannya waktu akan membuat ginjal rusak.

4. Ancaman konstipasi

Foto: Thinkstock/SilverFox_Photo
Dada ayam dan daging-dagingan lainnya adalah menu favorit seseorang yang ingin menumpuk protein dan membentuk otot. Namun jenis-jenis makanan tersebut minim akan serat yang dibutuhkan oleh pencernaan tubuh.

Konsumsi kacang-kacangan, sayuran, dan buah di mana sumber serat berasal akan sulit terpenuhi bila seseorang terlalu fokus pada protein. Akibatnya seseorang bisa merasa kembung, sulit buang air besar, dan tak nyaman.

"Keluhan ini adalah yang paling banyak saya terima dari orang-orang yang mengikuti diet rendah karbohidrat," kata Jessica.

5. Bertambah berat

Foto: Thinkstock
Diet tinggi protein awalnya memang bisa membantu seseorang mengurangi bobot tubuh dalam jangka waktu pendek. Tapi jika konsumsi makanan tinggi protein tersebut dibarengi juga dengan konsumsi makanan yang lain maka berat badan bisa bertambah.

Studi jangka panjang pada 7.000 orang dewasa menemukan mereka yang lebih banyak makan protein 90 persen lebih berisiko alami obesitas.
Halaman 2 dari 6
Ketika asupan karbohidrat berkurang dan protein bertambah tinggi, tubuh akan memasuki keadaan bernama ketosis di mana lemak akan dibakar untuk dijadikan sebagai sumber energi. Hal ini dikatakan ahli diet Jessica Cording bagus untuk orang yang ingin langsing tapi akan membuat nafas bau.

Ketika tubuh membakar lemak ada senyawa bernama ketone yang baunya bisa keluar lewat mulut. Karena sumber baunya di dalam tubuh maka upaya seperti menyikat gigi dan berkumur tak bisa membantu.

Otak membutuhkan karbohidrat untuk membuat hormon yang mengatur suasana hati bernama serotonin. Ketika karbohidrat dihilangkan dan diganti protein maka otomatis seseorang akan lebih sulit mengendalikan emosinya.

Sebuah studi di Australia mengkonfirmasi hal ini karena mereka menemukan kelompok yang diet rendah gula lebih merasa mudah marah dibandingkan dengan kelompok diet lain meski sama-sama berat badannya turun.

Tubuh yang mencerna protein akan menghasilkan produksi limbah sampingan nitrogen yang akan disaring oleh ginjal. Bila konsumsi protein biasa saja maka nitrogen ini akan dikeluarkan lewat urine dan tak ada masalah.

Namun pada kasus konsumsi protein yang terlalu banyak, ginjal akan bekerja lebih keras menyaring nitrogen keluar yang seiring berjalannya waktu akan membuat ginjal rusak.

Dada ayam dan daging-dagingan lainnya adalah menu favorit seseorang yang ingin menumpuk protein dan membentuk otot. Namun jenis-jenis makanan tersebut minim akan serat yang dibutuhkan oleh pencernaan tubuh.

Konsumsi kacang-kacangan, sayuran, dan buah di mana sumber serat berasal akan sulit terpenuhi bila seseorang terlalu fokus pada protein. Akibatnya seseorang bisa merasa kembung, sulit buang air besar, dan tak nyaman.

"Keluhan ini adalah yang paling banyak saya terima dari orang-orang yang mengikuti diet rendah karbohidrat," kata Jessica.

Diet tinggi protein awalnya memang bisa membantu seseorang mengurangi bobot tubuh dalam jangka waktu pendek. Tapi jika konsumsi makanan tinggi protein tersebut dibarengi juga dengan konsumsi makanan yang lain maka berat badan bisa bertambah.

Studi jangka panjang pada 7.000 orang dewasa menemukan mereka yang lebih banyak makan protein 90 persen lebih berisiko alami obesitas.

(fds/up)

Berita Terkait