Bobot Vs Bentuk Badan, Mana yang Lebih Menentukan Kesehatan Jantung?

Bobot Vs Bentuk Badan, Mana yang Lebih Menentukan Kesehatan Jantung?

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
Minggu, 03 Apr 2016 16:28 WIB
Bobot Vs Bentuk Badan, Mana yang Lebih Menentukan Kesehatan Jantung?
Foto: thinkstock
Jakarta - Kelebihan bobot atau berat badan sejak lama dikaitkan dengan risiko penyakit kardiovaskuler. Namun di kalangan para ilmuwan, ada faktor yang tak kalah penting dibanding bobot yakni bentuk badan.

Bahkan, sejumlah ilmuwan menganggap bobot saja tidak selalu berpengaruh pada kesehatan. Indeks massa tubuh (IMT) yang merupakan perbandingan antara berat badan dengan kuadrat tinggi badan, sebagai indikator kesehatan belakangan mulai banyak ditinggalkan.

Faktanya, beberapa orang bisa mengalami masalah kesehatan meski punya IMT normal. Sebaliknya, ada pula orang-orang dengan IMT yang dikategorikan gemuk, tapi memiliki kondisi kesehatan yang optimal. Contohnya para atlet binaraga.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anomali semacam ini tak lain disebabkan oleh perbedaan komposisi lemak tubuh. Pada IMT, indikator berat badan tidak memperhitungkan komposisi lemak, otot, cairan, serta tulang. Yang terjadi, ada beberapa orang yang berat badannya rendah tapi komposisi lemaknya tinggi.

Demikian juga sebaliknya, ada yang berat badannya tergolong gemuk tetapi komposisi ototnya lebih dominan dibandingkan lemak. Umumnya, kondisi ini menguntungkan bagi kesehatan. Selain karena metabolisme energi lebih optimal, juga karena lebih aman dari risiko pengeroposan tulang.

Baca juga: Riset: Jumlah Orang Kelebihan Berat Badan Lebih Besar dari yang Kurang Bobot 

Lalu bagaimana dengan bentuk badan? Sebuah penelitian terbaru menegaskan bahwa bentuk badan tipe apel berkaitan erat dengan peningkatan risiko gangguan kardiovaskular. Bentuk badan dikategorikan tipe apel jika memiliki proporsi lingkar pinggang yang besar.

"Penelitian ini mengkonfirmasi bahwa memiliki bentuk badan tipe apel meningkatkan risiko penyakit jantung, dan bahwa mengurangi lingkar pinggang bisa menurunkan risiko tersebut," kata sang peneliti, Joseph Muhlestein dari Intermountain Medical Center di Utah, dikutip dari Livescience, Minggu (3/4/2016).

Penelitian yang dipresentasikan dalam pertemuan tahunan American College of Cardiology di Chicago ini menganalisis data echocadiogram dari 200 partisipan. Seluruh partisipan tidak punya penyakit jantung, tapi dikategorikan berisiko tinggi.

Hasil analisis menunjukkan bahwa parisipan dengan lingkar pinggang yang besar lebih rentan mengalami masalah pada ventrikel kiri. Bagian dari jantung ini berfungsi memompa darah keluar dari jantung, menuju ke seluruh bagian tubuh.

Baca juga: Gara-gara Istri Panggil Suami 'Gajah Gendut', Pasutri di India Bercerai  (up/up)

Berita Terkait