Remaja Tangerang Gagal Ginjal Stadium 5 di Umur Belasan, Inikah Pemicunya?

Kolom Gizi

Remaja Tangerang Gagal Ginjal Stadium 5 di Umur Belasan, Inikah Pemicunya?

detikHealth
Jumat, 12 Des 2025 06:31 WIB
Mhd. Aldrian, S.Gz
Ditulis oleh:
Mhd. Aldrian, S.Gz
Lulusan sarjana ilmu gizi Universitas Andalas, memiliki minat dalam hal keamanan dan kesehatan pangan. Saat ini menjadi penulis lepas untuk detikHealth.
Remaja Tangerang Gagal Ginjal Stadium 5 di Umur Belasan, Inikah Pemicunya?
Remaja di Tangerang mengidap gagal ginjal stadium lanjut di umur belasan. Foto: TikTok/culisanakbaik (atas izin yang bersangkutan)
Jakarta -

Kisah seorang remaja dari Tangerang yang didiagnosa gagal ginjal kronis stadium 5 sejak 4 tahun lalu saat berusia 14 tahun mengejutkan banyak orang. Usia tersebut biasanya masih jauh dari risiko penyakit ginjal, tetapi kebiasaan harian yang dianggap sepele ternyata bisa menjadi pemicu. Remaja ini jarang minum air putih, lebih sering mengonsumsi minuman berwarna dan berpemanis, hobi makanan siap saji, serta memiliki riwayat keluarga hipertensi.

Fenomena tersebut menggambarkan bahwa gagal ginjal tidak hanya menyerang orang dewasa atau lansia, tetapi bisa muncul jauh lebih cepat bila kebiasaan hidup tidak sehat berlangsung dalam waktu lama.

Lima Stadium Gagal Ginjal

Tingkat keparahan gagal ginjal dibagi menjadi tahapan sebagai berikut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Stadium 1

Kerusakan ginjal masih sangat ringan. Fungsi filtrasi darah tetap berjalan hampir normal hingga 90% dengan nilai eGFR (estimated glomerulus filtration rate) di atas 90 mL/menit/1,73m². Kondisi ini biasanya ditemukan lewat pemeriksaan darah atau urine karena belum menimbulkan gejala apa pun.

Supaya kerusakan tidak berkembang, dianjurkan untuk menjaga gula darah dan tekanan darah tetap stabil, menerapkan pola makan sehat, menghindari rokok, tidur cukup, mengelola stres, rutin beraktivitas fisik, serta mempertahankan berat badan ideal.

Stadium 2

Fungsi ginjal mulai menurun ringan meski masih bekerja cukup baik. Nilai eGFR biasanya berada pada kisaran 60-89 mL/menit/1,73m². Sebagian besar orang tetap tidak merasakan gejala, sehingga kondisi sering terdeteksi melalui cek kesehatan rutin.

Cara pencegahannya tetap sama, yaitu menjaga tekanan darah dan gula darah terkontrol, memilih pola makan yang lebih sehat, membatasi garam serta makanan olahan, berhenti merokok, dan menjaga aktivitas fisik agar fungsi ginjal tidak semakin menurun.

Stadium 3

Penurunan fungsi ginjal mulai lebih jelas. Nilai eGFR berada di kisaran 30-59 mL/menit/1,73m². Pada tahap ini, sebagian orang mulai merasakan keluhan seperti mudah lelah, edema atau bengkak pada kaki atau tangan, atau perubahan frekuensi buang air kecil.

Pemeriksaan rutin sangat diperlukan. Pola makan rendah garam dan rendah protein diberikan, pengelolaan tekanan darah dan gula darah, serta pembatasan obat yang berpotensi membebani ginjal menjadi langkah penting untuk menghambat perkembangan penyakit.

Stadium 4

Kerusakan ginjal yang sudah berat. Nilai eGFR berada pada rentang 15-29 mL/menit/1,73m². Gejala seperti mual, kram otot, penurunan nafsu makan, dan kelelahan semakin sering dirasakan.

Dokter biasanya mulai mempersiapkan rencana penanganan jangka panjang, termasuk kemungkinan terapi ginjal. Perubahan gaya hidup dan pengaturan pola makan yang lebih ketat sangat diperlukan pada tahap ini.

Stadium 5

Tahap akhir gagal ginjal, ketika fungsi ginjal turun hingga di bawah 15 mL/menit/1,73m². Tubuh tidak mampu membuang racun dan cairan dengan baik sehingga keluhan seperti edema atau bengkak pada tangan dan kaki, kulit kering dan gatal, uremia, mual muntah hingga penurunan kesadaran dapat muncul.
Pada tahap ini, pasien umumnya membutuhkan terapi seperti dialisis atau transplantasi untuk menggantikan fungsi ginjal yang sudah hilang.

Penyebab Gagal Ginjal pada Remaja Tangerang Usia 14 Tahun

Kepada detikcom, Sulistia mengatakan bahwa punya kebiasaan konsumsi minuman berwarna yang manis, jarang minum air putih, dan sering konsumsi jajanan cepat saji. Suistia juga bercerita memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi.

Bagaimana hal-hal tersebut dapat memicu gagal ginjal?

1. Sering Konsumsi Minuman Berwarna dan Berpemanis

Minuman berpemanis membawa beban metabolik yang cukup signifikan untuk tubuh, terutama bagi ginjal. Kandungan gula sederhana dalam jumlah tinggi menaikkan kadar glukosa darah dengan cepat, memicu respons insulin yang kuat, dan memberi tekanan tambahan pada sistem metabolik. Ketika pola ini terjadi setiap hari, inflamasi tingkat rendah akan lebih mudah muncul dan dapat mengganggu struktur pembuluh darah kecil dalam ginjal.

Studi terbaru yang dipublikasikan di JAMA Network Open pada tahun 2024 menemukan bahwa orang yang minum lebih dari satu porsi minuman manis per hari memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit ginjal kronis dibandingkan mereka yang jarang mengonsumsinya. Studi ini menyoroti bahwa minuman manis bukan hanya berdampak pada berat badan atau gula darah, tetapi juga pada kemampuan ginjal mempertahankan fungsi normalnya dalam jangka panjang.

2. Jarang Minum Air Putih

Kondisi tubuh yang kekurangan cairan secara berulang berefek buruk bagi ginjal. Cairan yang kurang membuat darah menjadi lebih pekat sehingga ginjal harus bekerja ekstra keras menyaring limbah dan menjaga keseimbangan elektrolit. Dalam jangka panjang, beban ini bisa memicu kerusakan pada nefron, yaitu unit penyaring terkecil ginjal.

3. Sering Konsumsi Makanan Cepat Saji

Makanan cepat saji identik dengan kadar garam yang tinggi, lemak jenuh, gula tambahan, hingga berbagai aditif yang membuat cita rasanya kuat. Bahan-bahan tersebut memberi tekanan besar pada mekanisme filtrasi ginjal. Konsumsi garam berlebih, misalnya, meningkatkan tekanan darah, dan tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan salah satu pemicu utama kerusakan ginjal. Lemak trans dan aditif tertentu juga dapat memicu inflamasi yang berdampak pada kesehatan pembuluh darah.

4. Punya Riwayat Keluarga Hipertensi

Riwayat keluarga hipertensi memberi gambaran bahwa seseorang mungkin memiliki kerentanan bawaan terhadap masalah pembuluh darah dan regulasi tekanan darah. Ginjal sangat sensitif terhadap perubahan tekanan darah, sehingga tekanan darah yang mudah naik akan membuat pembuluh darah kecil di dalam ginjal lebih cepat rusak. Kerusakan ini dapat menumpuk dan berkembang menjadi penyakit ginjal kronis.

Hasil studi dari American Journal of Kidney Diseases tahun 2021 menemukan bahwa individu dengan riwayat keluarga penyakit ginjal atau hipertensi cenderung lebih mudah mengalami gangguan ginjal. Faktor genetik, kebiasaan makan keluarga, dan pola hidup yang mirip sering berperan bersamaan sehingga menciptakan risiko yang lebih besar dibandingkan individu tanpa riwayat tersebut.

Penyebab Gagal Ginjal Bukan Hanya Pola Makan

Penting untuk memahami bahwa gagal ginjal tidak muncul semata-mata karena pola makan yang buruk. Penyebabnya jauh lebih kompleks dan sering berkaitan dengan keseharian. Kurang minum, tidur tidak teratur, stres tinggi, jarang berolahraga, tekanan darah tidak terkontrol, hingga gula darah yang terus tinggi juga membentuk rangkaian risiko yang dapat merusak ginjal secara bertahap.

Banyak yang baru menyadari kondisinya ketika sudah memasuki stadium lanjut karena gejala awal kerap tidak terasa. Padahal pemeriksaan sederhana seperti tes darah dan urine dapat membantu menemukan kerusakan sejak dini.

Halaman 2 dari 8


Simak Video "Video: Istri di Jatim Donorkan Ginjal Untuk Suaminya"
[Gambas:Video 20detik]
(mal/up)

Berita Terkait