"Saya memang ingin tinggalkan zona nyaman, tadinya saya inginnya ke Kalimantan atau Sulawesi Utara tapi ternyata dapatnya di Irian Jaya. Saya datang tahun 1992 sangat unik. Pertama saya masuk dingin kaya di tempat antah berantah, saya sedih sekali karena enggak ada listrik," kata dr Vivi ketika ditemui detikHealth Senin (6/6/2016).
Saat itu dr Vivi adalah satu-satunya dokter yang bertugas di puskesmas Kelila, Jaya Wijaya, dan beragam rintangan pun harus ia hadapi. Di luar harus menyelesaikan masalah penyakit seperti malaria, tuberkulosis, dan filariasis yang menyerang warga pedalaman, ia juga harus menaklukan medan rintangan alam Papua yang masih liar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: dr Yassin dan Cita-cita Menjadi Musisi Profesional
"Kenapa ya bisa lama betah saya juga nggak tahu. Kalau kata teman-teman dokter yang lain saya ini gila tapi ya memang begit lah, kalau ada kegiatan keluar Papua saya nggak betah lama-lama maunya cepat balik aja," kata dr Vivi.
"Ingat saya dulu dikejar-kejar sapi waktu mau imunisasi. Sampai sekarang terekam kenangan dulu itu waktu masih muda unik sekali. Mungkin saya betah karena uniknya itu ya," lanjut dr Vivi.
Bagi dr Vivi kini Papua sudah dianggap sebagai 'tanah surga'. Ia berpandangan apabila seseorang datang dengan niat yang baik dan hati tulus maka alam Papua pun akan berbaik hati dan memperlihatkan keindahannya.
Hal tersebut dr Vivi sampaikan ketika menyambut kedatangan tim Nusantara Sehat, sebuah program dari Kementerian Kesehatan di mana tenaga profesional muda dikirim ke daerah-daerah terpencil untuk mengabdi. Situasi yang mirip seperti dirinya dulu.
"Dibawa enjoy aja jangan stres. Kalau kita baik alam akan baik juga dan masyarakat akan menjaga kita," pungkas dr Vivi.
Baca juga: dr Boy SpU dan 'Kegilaannya' pada Gitar Serta Star Wars (fds/vit)











































