Jakarta - Sebanyak 4.500 pemulung Lansia ber KTP DKI telah terdata untuk menerima vaksin Corona. Namun hanya 10 pemulung saja yang bersedia menerima vaksin COVID-19.
Picture Story
Dilema Pemulung Jakarta di Tengah Pandemi Corona
Sejumlah pemulung mencari sampah di TPS (Tempat Penampungan Sampah) Koja, Jakarta Utara, Rabu (31/3).
Pemulung merupakan salah satu kategori yang harus mendapatkan vaksin COVID-19 karena mereka setiap hari bertemu sampah terutama sampah medis.
Pemberian vaksin terhadap mereka masih belum sepenuhnya terpenuhi karena masalah identitas.
Kebanyakan pemulung di Jakarta, bekerja memilih sampah dengan tidak memakai masker.
Tuntutan ekonomi membuat mereka terpaksa melakukan hal.
Menurut salah satu pemulung, COVID-19 tidak membuatnya takut bekerja mencari sampah, karena kebutuhan ekonomi lebih penting.
Perlu diketahui, para pemulung Lansia yang memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) DKI Jakarta telah mengikuti vaksinasi COVID-19 yang diselenggarakan panitia Alumni Kanisius Menteng 64 di Kolese Kanisius, Menteng, Jakarta Pusat pada Jumat (19/3/2021).
Tetapi baru 10 pemulung saja yang bersedia menerima vaksin COVID-19, selebihnya mereka menolak.
Saat ini sekitar 4.500 pemulung Lansia ber-KTP Jakarta baru terdata untuk menerima vaksin.
Komunitas pemulung dinilai lebih rentan terhadap penularan COVID-19. Alasannya, kelompok ini jarang mendatangi fasilitas kesehatan ketika sakit. Sehingga dikhawatirkan ketika kelompok ini terpapar, mereka tidak sadar.
Ketika mereka terpapar, mereka tidak isolasi mandiri dan tidak dapat perawatan sebagaimana mestinya. Apalagi kelompok ini biasanya tinggal di pemukiman padat penduduk. Sehingga risiko menulari keluarga dan masyarakat sekitar lebih besar.
Selain itu dari sisi ekonomi, kelompok ini juga dinilai sangat rentan. Sebab keberlanjutan hidup mereka tergantung pada pendapatan harian. Sehingga bila mereka terpapar dan harus isolasi mandiri, mereka tidak memiliki pendapatan untuk menghidupi keluarga. Karena isolasi mandiri pasti membutuhkan biaya yang lebih.
Fenomena sosial ini tidak hanya terjadi di Jakarta, tapi pada seluruh pemulung di Indonesia.
Sehingga yang perlu dilakukan untuk menjaga kelompok rentan ini adalah dengan melakukan pemilahan sampah medis atau yang mengandung droplet sebagai sumber penularan, sehingga virus tidak terbawa dan menular pada pemulung.











































