Risiko Kanker Kulit Tak Hanya Menghantui si Pemilik Banyak Tahi Lalat

Risiko Kanker Kulit Tak Hanya Menghantui si Pemilik Banyak Tahi Lalat

Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Kamis, 10 Mar 2016 07:05 WIB
Risiko Kanker Kulit Tak Hanya Menghantui si Pemilik Banyak Tahi Lalat
Foto: thinkstock
Boston - Selama ini para pakar percaya jika risiko kanker kulit lebih sering ditemukan pada orang-orang yang memiliki banyak tahi lalat. Sebaliknya, tahi lalat juga bisa dijadikan indikator adanya risiko tersebut.

Akan tetapi berdasarkan hasil studi yang dilakukan Harvard School of Public Health ditemukan fakta bahwa sebagian besar dari pasien kanker justru tidak memiliki begitu banyak tahi lalat.

Fakta ini didasarkan pada pengamatan terhadap 566 pasien melanoma, salah satu jenis kanker kulit yang paling ganas. Untuk memastikannya, peneliti mencatat usia, jumlah tahi lalat dan atypical moles atau benjolan sejenis tahi lalat yang muncul secara tidak wajar, di tubuh masing-masing partisipan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Waspadai Jika Tahi Lalat Membesar dan Berdarah

Ternyata dua-pertiga pasien atau 66 persen di antaranya mempunyai jumlah tahi lalat total tak lebih dari 20 buah.

Jika dilihat dari indikator lain, yaitu ketebalan tumor, juga terungkap mereka yang mempunyai lebih dari 50 tahi lalat sekalipun tidak serta-merta memiliki tumor yang lebih tebal dibandingkan mereka yang memiliki sedikit tahi lalat.

Kedua fakta tersebut membuktikan, mereka yang tidak memiliki tahi lalat atau tubuhnya tidak dipenuhi tahi lalat masih berisiko mengidap melanoma dan mendapatkan pemeriksaan kulit rutin.

"Sebenarnya setiap orang harus benar-benar mendapatkan pemeriksaan kulit mendasar dari dokternya, dan untuk mengantisipasi, mereka juga harus diajari caranya melakukan pemeriksaan mandiri," saran peneliti, Alan C Geller.

Baca juga: 'Sakuri' Cara Sederhana dan Murah Meriah untuk Deteksi Dini Kanker Kulit

Geller juga mengatakan, temuan ini tidak serta-merta mengatakan bahwa menghitung jumlah tahi lalat bukan merupakan cara sederhana untuk menentukan risiko kanker kulit.

"Setidaknya cara ini tetap membantu kita untuk menemukan perubahan apapun yang terjadi pada kulit, dan yang seharusnya dilaporkan ke dokter," urainya seperti dikutip dari Huffington Post, Kamis (10/3/2016) (lll/vit)

Berita Terkait