Seperti dikatakan Prof Dr M Juffrie, SpA(K), PhD, gumoh merupakan salah satu gangguan pencernaan yang umum dialami bayi. Gumoh merupakan kondisi di mana isi lambung kembali ke mulut.
"Sebenarnya ini gejala fisiologis normal, dialami oleh hampir 70% bayi. Nanti, saat anak berusia 6 bulan, gumohnya mulai berkurang dan saat berusia satu tahun sudah terbilang jarang," kata Prof Juffire.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selama berat badan anak tidak terganggu, tidak masalah. Segera cek ke dokter kalau gumohnya itu disertai berat badan yang tidak naik, muntah, atau sering batuk," lanjut Prof Juffrie di sela-sela Talk Show Happy Tummy Council 'Saluran Çerna Sehat, Bekal Anak Cerdas' di Mandarin Oriental Hotel, Jl MH Thamrin, Jakarta, Senin (16/3/2015).
Baca juga: Hai Bunda, Jangan Salahkan ASI Jika Gumoh Bayi Bikin Kulitnya Memerah
Selain gumoh, gangguan pencernaan lain yang umum dialami anak yaitu gangguan mengunyah di mana bagian mulut dan kerongkongan terganggu sehingga anak tidak bisa mengunyah dengan baik. Penyebabnya, karena saluran cerna anak belum baik.
Kemudian, sindrom muntah berulang yang disebabkan terganggunya gerakan usus karena otot belum sempurna. Fungsi saluran cerna yang belum sempurna juga membuat anak rentan mengalami diare fungsional yaitu buang air besar (BAB) dengan konsistensi cair lebih dari 3 kali sehari dan penyebabnya bukan karena kuman.
Lalu, ada pula dyschesia yakni sakit perut sebelum BAB, biasanya dengan durasi 10 menit. Serta sembelit di mana anak tidak BAB selama 3 hari atau kurang dari 2 kali seminggu sehingga perut terasa kembung, mual, dan muntah.
"Kemudian kolik yaitu sakit perut yang sangat dan tidak bisa ditahan. Akibatnya anak nangis terus. Jadi kalau dia menangis sehari 3 jam, 3 kali seminggu dan berulang sampai 3 bulan disebut kolik. Tapi kalau disertai kegagalan tumbuh anak, segera periksa ke dokter," tutur Prof Juffrie.
Guru besar di bidang kedokteran anak Universitas Gajah Mada ini menambahkan ketujuh penyakit tersebut pastinya membuat saluran cerna tidak nyaman. Sehingga, fungsi saluran cerna yakni digesti (mencerna) dan absorbsi (penyerapan nutrisi) terganggu. Gangguan saluran cerna tersebut juga mengubah mikroflora di dalam usus serta mengubah axis ke otak sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak dapat terganggu.
Baca juga: Awas, Kolik yang Seperti Ini Harus Diwaspadai Orang Tua
(rdn/vta)











































