Direktur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) BaliFokus Surya Anaya sekitar 78 persen cat yang ada di Indonesia saat ini masih memiliki kandungan logam timbal tinggi di atas 600 ppm (part per million). Hal ini berbahaya karena bila terpapar manusia dampak kesehatannya beragam mulai dari gangguan perkembangan pada anak dan kemandulan pada pria dewasa.
"Ada kecenderungan cat warna-warna cerah seperti kuning, merah, putih, itu timbalnya tinggi. Sementara anak kan suka warna terang maka banyak lah sekolah pakai warna-warna itu dikira bagus, kata Surya ketika ditemui di Tjikini Cafe, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (19/6/2015).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika cat menua dan terkelupas, partikel timbal bisa dengan mudah tercampur dengan debu dan terhirup masuk dalam tubuh. Tempat-tempat tinggi risiko ini disebut Surya biasa ada pada bangku dan mainan-mainan anak seperti ayunan.
Jika sekolah sudah terlanjur memakai cat tinggi timbal yang diketahui lewat pemeriksaan laboratorium, Surya menyarankan untuk segera mengecat ulang.
"Sebaiknya pakai cat baru yang bebas timbal agar anak-anak di sekolah yang bercat tua-tua itu bisa diselamatkan," lanjut Surya.
Cara mengecat ulang yang baik adalah dengan membasahi terlebih dahulu sisa cat yang ada sebelum dikerik. Hal ini dimaksudkan agar timbal tak tersebar lebih jauh ke udara. Baru setelah semua cat lama hilang gunakan cat baru untuk mewarnai permukaan.
(fds/up)











































