World Health Organization (WHO) mengatakan efek paparan timbal pada anak bisa menyebabkan gangguan kecerdasan karena ia merusak perkembangan mental. Studi juga menemukan pada pria dewasa timbal bisa memengarubu produksi sperma dan memicu ketidaksuburan sementara pada wanita logam tersebut bisa turun ke anak via plasenta atau air susu ibu (ASI).
Baca juga: Forum LSM Desak Pemerintah Ratifikasi Konvensi Minamata tentang Merkuri
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Timbal biasa digunakan sebagai zat pewarna, pengering, anti karat, katalis, atau memang tak sengaja ada di situ. Cat ini ketika sudah tua mulai luntur akan bercampur dengan debu dan terhirup," kata Direktur BaliFokus Surya Ayana ketika ditemui di Tjikini Cafe, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (18/6/2015).
Studi dilakukan dalam rangka global penghapusan timbal dalam cat dan didanai oleh Uni Eropa. Sekitar Rp 21 miliar digelontorkan untuk proyek di Asia yang dilakukan di 7 negara termasuk Indonesia.
Sebanyak 121 kaleng cat dari 63 merek di 5 kota besar digunakan dalam survei studi. BaliFokus menemukan 94 di antaranya memiliki timbal lebih dari 600 ppm tak sesuai dengan aturan yang disahkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN).
Surya mengatakan sebetulnya 600 ppm yang jadi standar juga tak bisa dikatakan aman. Setidaknya butuh kadar minimal di bawah 90 ppm agar cat bisa dikatakan aman seperti yang sudah diteliti oleh studi sebelumnya.
"Paparan dosis rendahpun dapat menyebabkan rusaknya saraf otak secara serius bahkan permanen. Ini sangat luar biasa beracun," pungkasnya.
Baca juga: Duh, Paparan Logam Paling Sering Bikin Sperma 'Mati Lemas' (fds/up)











































