Forum LSM Desak Pemerintah Ratifikasi Konvensi Minamata tentang Merkuri

Forum LSM Desak Pemerintah Ratifikasi Konvensi Minamata tentang Merkuri

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
Senin, 20 Apr 2015 13:48 WIB
Forum LSM Desak Pemerintah Ratifikasi Konvensi Minamata tentang Merkuri
Jakarta - Sejumlah LSM (lembaga swadaya masyarakat) mendesak pemerintah merativikasi Konvensi Minamata tentang merkuri. Bila tidak dikontrol, pencemaran logam berat tersebut akan berdampak pada lingkungan dan kesehatan.

Daru Setyorini dari ECOTON (Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah) misalnya, mencontohkan dampak pencemaran merkuri di Surabaya Jawa Timur. Data yang ia dapatkan menunjukkan 56 persen anak penderita kanker di daerah tersebut tinggal di DAS (Daerah Aliran Sungai) Brantas yang tercemar merkuri.

Jejak cemaran logam berat lain seperti Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) juga ditemukan pada ASI (Air Susu Ibu) maupun darah warga sekitar Pantai Kenjeran yang merupakan muara Sungai Brantas. Selain itu, 80 persen anak di Pantai Kenjeran juga terindikasi mengalami sindrom low learner.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lulus SD sudah bisa baca saja sudah hebat. Kebanyakan lemah dalam berhitung," kata Daru dalam temu media di Kafe Anomali Jakarta Pusat, Senin (20/4/2015).

Baca juga: Berlebihan Makan Tuna Kalengan Bisa Picu Keracunan Merkuri

Sementara itu, Arif Fiyanto dari Greenpeace Indonesia menyebut PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) sebagai salah satu sumber utama pencemaran merkuri. PLTU yang akan dibangun di Batang Jawa Tengah misalnya, dengan kapasitas 2.000 MW diperkirakan akan melepas merkuri sebanyak 760 kg/tahun.

"Data UNEP tahun 2010 menunjukkan 26 persen emisi merkuri global berasal dari PLTU," kata Arif.

Penambangan Emas Skala Kecil (PESK) juga menjadi perhatian, khususnya oleh Balifokus Foundation. Diperkirakan ada 850 titik penambangan emas skala kecil di Indonesia yang semuanya menggunakan merkuri. Penelitian Balifokus telah menunjukkan adanya gejala keracunan merkuri yang mengarah ke Minamata Disease di beberapa hotspot.

"Di dunia ada 20 juta penambang emas skala kecil, 3 juta di antaranya anak-anak dan wanita," kata Yuyun Ismawati, peneliti logam berat dari Balifokus Foundation.

Sejak tahun 2013, Konvensi Minamata telah ditandatangani oleh 128 negara dan diratifikasi di 10 negara. Indonesia sudah menandatangani tetapi belum ikut meratifikasi.

Baca juga: Kasus Keracunan Merkuri, Indonesia Termasuk Paling Tinggi


(AN Uyung Pramudiarja/Nurvita Indarini)

Berita Terkait